Tinggalkan komentar

REVOLUSI MENTAL,  SAATNYA KEMBALI BERPEDOMAN PADA KEARIFAN LELUHUR SUNDALAND-NUSANTARA

 Oleh Ahmad Yanuana Samantho

Bismillahirahmanirrahim,

Allahuma Shalli ala Muhammad wa ala Aaali Muhammad wa ajjil farojahum,

Perkembangan pemikiran umat manusia di dunia ini, Alhamdulillah, pada kenyataannya tidaklah statis dan stagnan. Walaupun mungkin belum menjadi trend yang mainstream (arus utama) dalam prosesnya, namum perkembangan positif itu lahir ada sejak akhir abad 20 dan berlanjut kini pada awal abad 21.

Sebagaimana kita ketahui, dan ini juga yang dijelaskan Asy-Syahid Murthada Mutahhari, bahwa arus sejarah dan perkembangan peradaban umat manusia dan bangsa-bangsa, sangatlah tergantung dari bagaimana pola pikir dan cara pandang dunia (worldview, weltanshaung) atau falsafah-ideology dan moral-mental yang hidup dan beroperasi pada mayoritas warga bangsa atau elit dominan pembangun peradaban tersebut. Pola tindak dan berbagai peristiwa sejarah, tak  mungkin terlepas dari pola pikir para pelaku sejarah tersebut, yang menghasilkan peristiwa, aksi dan berbagai fenomena, baik sosial, politik ekonomi, seni-budaya, ilmu pengetahuan dan teknologi, pengelolaan lingkungan hidup ekologis, dll.

Kini sudah mulai banyak pemikir dunia dan kaum intelektual dunia melihat bahwa Peradaban Barat yang masih dominan saat ini, sudah mulai menghadapi saat-saat kehancurannya. Kemunduran dan kehancuran ekologis, sosial-politik-ekonomi dan budaya yang semakin mewabah dan menjadi lingkaran setan yang tak berujung. Kekerasan terorisme, kejahatan pembunuhan/penembakan massal dan peran, kehancuran institusi keluarga, moral  dan budaya akibat narkotika, sex bebas dan LGBT semakin kerap muncul di Negara adidaya Amerika dan Negara-negara blok Barat (dan juga Timur Jauh dan Timur-Tengah) yang berada di bawah pengaruhnya (kolonialisme dan Imperialisme-nya). Kehancuran institusi politik-ekonomi lingkungan dan sosial menjadi semakin mewabah akibat korupsi-kolusi dan nepotisme, yang diakibatkan keserakahan yang didorong oleh pola pikir (falsafah-ideologi) individualisme-hedonisme-materialisme-sekularisme-atheisme, dan egoism deterministik-atomistik sektarian dalam bungkus falsafah-ideologi dan ilmu pengetahuan dan teknologi (science-technology) modern global. Modernisme tesebut jelas-jelas menentang dan berlawanan dengan ajaran tradisional suci dan kebijaksanaan abadi agama-agama dunia (Traditional Sacred Science & Perennial Wisdom) yang sudah ber-ribu tahun (lintas millennium) hadir pada sejarah dan peradaban-peradaban umat manusia.

Modernisme-materialisme tersebut telah semakin menampakan hakikat wajah buruk dan efek satanic-nya yang merusak, ketimbang janji-janji palsu (PHP) akan kebebasan, persaudaraan, kemajuan dan kesejahteraan (liberte, egalite, progress dan fraternite) yang digaungkan para filosof dan ilmuwan modern sejak Revolusi Perancis di paruh kedua abad ke 16 Masehi.

Secara hipotetis-filosofis dapat dikatakan bahwa krisis multidimensional mutakhir yang dihadapi umat manusia saat ini adalah efek negatif dari Materialisme dalam Modernisme dan Postmodernisme yang telah semakin meningkat dan terbukti secara bersamaan dari hari ke hari di era kontemporer ini. Sayangnya tidak cukup banyak jumlah orang yang menyadari bahwa krisis multidimensional global dalam seluruh kehidupan manusia hari ini, adalah benar-benar secara asasi berakar lebih dalam pada  paradigma filosofis Modernisme-Materialis mereka.

Masalah utama modernisme (dan juga postmodernisme) pada kehidupan manusia modern disebabkan oleh dominasi pandangan dunia sekuler-materialistik (materialisme, humanisme sekuler dan sekularisme) yang bercampur dengan agnostisisme, antropho-sentrisme dan ateisme, sebagai alat dan “filosofi dasar” ideologi materialisme liberalisme-kapitalisme.[1]

Pada gilirannya dominasi, modernisme sekuler-materialistik ini telah menyebabkan banyak masalah krusial dan gawat bagi kehidupan manusia di bumi. Krisis multidimensi  yang terjadi  dari hari ke hari, telah menakutkan sebagian besar orang di dunia saat ini, tanpa manusia modern dapat memecahkan masalah mendasar mereka secara tuntas dan komprehensif. Masalah ini akan penulis elaborasi  dalam deskripsi analitis berikutnya tentang masalah modernisme,  kritik modernisme dan postmodernisme juga dan solusi alternatif untuk masalah tersebut menurut sudut pandang Seyyed Hossein Nasr. Menurut penulis, analisa Seyyed Hopssein Nars ini juga ternyata sangat relevan dan menemukan kesinambungan akarnya pada Kearifal lokal tradisional suci dan perennial bangsa kita di Sundaland-Nusantara (Asia Tenggara)

Dalam mengambarkan kondisi kehidupan umat manusia moderen saat ini, menurut Seyyed Hussein Nasr, manusia modern telah terusir ke tepian lingkaran roda realitas eksistensialnya (keberadaan nyata sejatinya), yang jauh dari porosnya. Ini adalah krisis eksistensial yang diderita oleh manusia modern, karena mereka melupakan realitas diri mereka sendiri. Nasr menulis:

“Dunia masih terlihat oleh diatur kekuatan dan elemen yang  kosong dari suatu horizon spiritual, bukan karena tidak hadirnya cakrawala spiritual  seperti  itu, tapi karena mereka  seringkali memandang lanskap kontemporernya  seperti manusia yang tinggal di tepian lingkaran roda eksistensi dan karena itu memandang segala sesuatu dari pinggiran lingkaran roda keberadaan. Dia tetap acuh tak acuh terhadap jari-jari roda dan benar-benar tidak menyadari Sumbu dan Pusatnya, yang bagaimanapun tetap tak pernah diakses ke tengahnya dari pinggirannya.”

“Masalah kehancuran yang dibawa teknologi kepada lingkungan, yang menyebabkan krisis ekologi dan sejenisnya, semua itu  adalah masalah akibat penyakit amnesia atau lupa diri yang diderita manusia modern serta post-modern. Manusia modern telah lupa siapa hakikat jati dirinya. Hidupnya berada di pinggiran lingkaran eksistensinya sendiri, walau ia telah mampu untuk mendapatkan kuantitas pengetahuan yang banyak tapi dangkal kualitas ilmu pengetahuan dunianya. Dia telah memproyeksikan hanya citra kulit luaran dan dangkal pengetahuan tentang dirinya mengenai dunia.”[2]

Menurut Nasr,  di dunia Barat manusia pertama-tama memberontak terhadap pengaruh Spiritual Langitan akibat pengaruh falsafah-ideologi humanisme zaman Renaissance di Eropa Abab 16; pada saat awal ilmu poengetahuan (science) modern hadir mewujud. Antropologi humanistik renaissance adalah latar belakang yang mendorong Revolusi Ilmiah pada abad ketujuh belas dan penciptaan Ilmu pengetahuan yang meskipun di satu sisi bersifat manusiawi, dalam arti lain, akal rasional manusia dianggap yang paling anthropomorphic dan bentuk ilmu pengetahuan yang paling mungkin, itu yang menjadikan nalar humanisme dan data empiris yang hanya didasarkan pada indera manusia sebagai satu-satunya kriteria untuk keabsahan (validitas) kebenaran semua pengetahuan.[3]

Nasr juga menyatakan bahwa dekadensi kemanusiaan di zaman modern ini disebabkan oleh hilangnya kemanusiaan dari humaniora (ilmu-ilmu kemanusiaan) di zaman modern ini, yang disebabkan oleh karena manusia  telah kehilangan pengetahuan langsung tentang dirinya sendiri dan juga tentang Diri yang sejatinya, yang sebenarnya ia selalu memilikinya, dan karena ketergantungannya pada sebuah sudut pandang luar, sebuah pengetahuan tentang dirinya sendiri yang supevisial (dibuat-buat), yang ia berusaha untuk mendapatkan hanya dari luar lingkaran. Secara harfiah ini adalah pengetahuan “dangkal” yang diambil dari pingir lingkaran dan tanpa sebuah kesadaran diri akan poros roda dan jari-jari yang dapat menghubungkan dia seperti sinar cahaya matahari ilahiah.[4]

Berbeda dengan filsafat-ideologi materialisme Barat Sekuler, pandangan dunia dan kosmologi-teologis tradisional Sunda dan Jawa, serta suku etnios lain di Nusantara, sebagaimana yang terjabar dalam ageman Sunda Wiwitan / Sunda Buhun dan kepercayaan Kapitayan Jawa, sangat berpusat kepada “Realitas Ketuhanan Yang Maha Esa”: Sang Hyang Tunggal, Sangkan Paraning Dhumadi (asal-usul Semua Keberadaan (Being-Existence). Kosmologi Nusantara yang tergambar dalam moto “Bhineka Tunggal Ika”, “Tan Hanna Dharma Mangwa” , “Mulih ka Jati Mulang ka Asal” adalah identik dengan konsep Islam Muhammadi: “Inna lilahi wa ilaihi Rojiun). Sang Hyang Widhi-Wasa, Sang Hyang Manon (Tuhan Yang Maha Melihat).

Modernisme, sebagai sebuah pandangan dunia materialistik-sekuler dan paradigma filosofis yang masih dominan pada sebagian besar kebanyakan orang di dunia sejak zaman modern sampai sekarang, menurut hipotesa Nasr, dan juga terawangan banyak cerdik cendikia dunia yang tercerahkan, telah menyebabkan banyak masalah dan mendorong krisis multidimensional bagi kehidupan manusia.

Masalah kedua yang muncul sebagai reaksi ekstrim terhadap modernisme – adalah munculnya “fundamentalisme” ekstrim  paham keagamaaan di mana mereka melakukan penafsiran harfiah (literal) yang salah dan aplikasi religius yang salah (terutama dalam aspek eksoterisme / kulit luaran Islam) yang diajarkan hari ini. Pada satu sisi hal ini juga akhinya telah menyebabkan berbagai bencana terorisme dan kekerasan yang mengatasnamakan  ajaran Agama Islam dan Tuhan.

Setelah kita mengidentifikasi dan menguraikan permasalahan & krisis modernisme, seberapa jauh kita bisa menawarkan paradigma alternatif baru untuk memecahkan masalah tersebut? Apa itu paradigma alternatif baru yang dapat memecahkan masalah tersebut menurut Seyyed Hossein Nasr? Berapa jauh terkait dengan beberapa kesadaran baru, Sophia Perrenialism (kebijaksanaan abadi) dan mistisisme (ilmu suci tradisional) yang telah meningkat dan terlahir kembali di waktu kontemporer baru-baru ini? Bagaimana dan mengapa relevan dengan Teori Fisika Quantum dalam melihat kosmologi baru? Dapatkah filsafat, tradisi dan agama bersatu dan akan menyelaraskan dalam satu paradigma baru holistik-integral (terpadu dan menyeluruh) di masa depan?

Apa yang disarankan oleh Seyyed Hossein Nasr ini tentang pentingnya Traditional Sacred Science (Ilmu Pengetahuan Sakral/Suci Tradisional) serta Sophia Perennialisme (Kearifan Kuno-Abadi) ini, ternyata menurut hipothesis penulis menemukan relevansi dan signifikasinya dengan warisan kearifan lokal asli Nusantara atau dengan nilai-nilai dan ajaran tradisional sakral/suci Nusantara yang telah menjadi semacam Sophia Perennialism, yang mungkin tak hanya akan bermanfaat bagi masa depan bangsa kita, tetapi juga akan bermanfaat bagi masa depan kemanusiaan sedunia.

 

 Signifikansi

Buku yang dikembangkan dari hasil penelitian Program Magister Filsafat Islam (2010) di ICAS Universitas Paramadina ini tentu sangat penting dan akan memberikan banyak manfaat dan signifikansi untuk kehidupan sehari-hari saat ini dan masa depan kita. Setidaknya hasil penelitian ini sangat signifikan untuk meningkatkan dan membuat dekonstruksi yang berlanjut pada reformulasi (dan rekonstruksi) dari paradigma kita secara filosofis. Pada gilirannya, pada tingkat epistemologi dan aksiologi, pendekatan paradigma holistik dan integral ini dan nilai-nilai dalam pencerahan Filsafat Islam dan Tasawuf Islam (Irfan & Tasawuf) dapat memecahkan banyak masalah manusia modern secara bertahap, baik untuk tujuan individu dan juga dalam sistem sosial-ekonomi-politik-budaya dan di dalam supremasi percerahan terbaru, dan peradaban yang lebih baik.

Lebih spesifik, manfaat yang saya harap dapat tercapai setelah thesis dan buku ini diselesaikan adalah penelitian ini dapat berfungsi sebagai pedoman untuk menyusun ulang filsafat ilmu kita (atau minimal epistemologinya) dan kemudian dapat menjabarkan pandangan dunia baru dan sebuah ideologi yang dapat memainkan peran penting sebagai pedoman untuk proyek rekonstruksi kurikulum ilmu baru dan untuk melakukan penulisan ulang semua isi buku teks dalam ilmu pengetahuan dan teknologi untuk keperluan pendidikan dan akademik  menuju rekonstruksi peradaban manusia baru dalam cahaya misi Islam Rahmatan lil ‘Alamin.

Tentu saja ada telah ada beberapa studi yang berkaitan dengan kritik pada modernisme menurut pandangan Seyyed Hossein Nasr, seperti apa yang teman penulis di ICAS Jakarta, Humaedi telah tulis dalam thesisnya berjudul: “Konsep Nasr dalam Knowledge: Pengetahuan Sakral, kontribusi kepada Epistemologi Modern “

Tentu saja bahwa beberapa studi yang juga berkaitan dengan pandangan Seyyed Hossein Nasr dan kritiknya kepada modernisme dan post modernisme sangat berguna untuk penelitian penulis sebagai referensi, terutama untuk  pemahaman dan deskripsi latar belakang thesis penulis & rumusan masalah yang  akan penulis pelajari.

Penelitian thesis penulis lebih fokus pada relevansi resep Nasr atau saran untuk mempromosikan ilmu pengetahuan suci atau pandangan tradisional agamis dan mistisisme atau esoterisme sebagai kebijaksanaan abadi (Sophia Perennis) untuk memecahkan masalah modernisme dan postmodernisme. Paradigma alternatif  tentangSacred Science dan Perennial Wisdom ini akan diikuti oleh elaborasi penulis terkait dengan kecenderungan terbaru dan wacana dalam pengembangan atau penemuan ilmu fisika baru terutama dalam teori fisika kuantum yang memiliki hubungan yang kuat dengan kesadaran (consciousness) yang baru dalam ilmu: filsafat ilmu pengetahuan integral dan holistik dan pandangan agama (Paradigma holistik-Integral). Pendekatan ini dan pilihan untuk topik ini, saya pikir masih unik dan memiliki studi asli di bidang penelitian Filsafat Islam.

 

Tinggalkan komentar

Atlantis in the Java Sea

A scientific effort to match Plato’s narrative location for Atlantis

Sembrani

Membahas ISU-ISU Penting bagi Anak Bangsa, Berbagi Ide, dan Saling Cinta

Wirdahanum

رَبَّنَا آتِنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً وَهَيِّئْ لَنَا مِنْ أَمْرِنَا رَشَدًا

aawanto

The greatest WordPress.com site in all the land!

Covert Geopolitics

Beyond the Smoke & Mirrors

Catatan Harta Amanah Soekarno

as good as possible for as many as possible

Modesty - Women Terrace

My Mind in Words and Pictures

Kanzunqalam's Blog

AKAL tanpa WAHYU, akan berbuah, IMAN tanpa ILMU

Cahayapelangi

Cakrawala, menapaki kehidupan nusantara & dunia

religiku

hacking the religion

SANGKAN PARANING DUMADI

Just another WordPress.com site

WordPress.com

WordPress.com is the best place for your personal blog or business site.