Garut Kota Illuminati
Ada apa dengan Garut? Bukankah Garut merupakan kota yang bertradisi melahirkan para ulama? Mengapa dianggap memiliki keterlibatan dengan gerakan Illuminati? Lalu ada apa dengan Sadahurip? Bukankah itu adalah gunung ciptaan Tuhan di tanah Pasundan? mengapa kini dianggap sebagai piramid mahakarya para penantang Tuhan? Melalui buku ini penulis coba mengungkapkan segala keterlibatan Illuminati di bagian Timur belahan bumi ini. Gerakan yang sebenarnya berawal dari ajaran kebijaksanaan perrenial mengacu kepada Nabi Idris (Hermes Trimegistus), buku ini berusaha melacak jejak tersebut. Sensasional dan dipenuhi data-da
ta terbaru!
Melalui buku ini, Ahmad Yanuana Samantho mencoba mengungkap keterlibatan Illuminati di belahan Bumi Nusantara. Gerakan yang sebenarnya bersumber dari kebijaksanaan kuna (perenial) yang bertautan dengan Hermes Trimegistus, Thoth, atau Nabi Idris, ternyata banyak meninggalkan jejak universal di tanah air kita!
Buku ini berusaha melacak jejak tersebut, dan merupakan penelitian pendahuluan untuk mengungkap dan memahami benang merah sejarah luhur peradaban Nusantara
Yang diungkap di buku Garut Kota Illuminati adalah versiyang berbeda dari versi umum yg sudah banyak diketahui orang, Buku ini mengupas kajian kritis plus-minus dan hitam-putih Illuminati, serta mengapa bisa terjadi pembajakan Gerakan dan simbol-simbol Illuminati-freemasonry oleh kaum elit Zionis-Akhenazi
Ada banyak Rahasia dan Misteri Purba terpendam, yg ditulis di buku ini baru sebagian kecilnya saja, yang lainnya masih tersimpan di memori suprasadar penulis dan memori para leluhur, sesepuh Pasundan (Poseidon) dan keturunan Lemurian-Atlantean Nusantara. Nusantara,Timur Tengah, dan China adalah Segitiga Piramida Spiritual Kebijaksanaan kuna Perennial, tempat para Nabi dilahirkan dan berkarya
Tentang Penulis
Ahmad Y Samantho: peneliti dan penulis buku best seller Peradaban Atlantis Nusantara, mantan aktivis Masjid Salman ITB, Jurnalis, Dosen ICAS-Universitas Paramadina Jakarta, pembina komunitas Atlantis Indonesia dan Direktur Bayt Al-Hikmah Institute
klik untuk memperbesar
Judul | Garut Kota Illuminati |
No. ISBN | |
Penulis | Ahmad Yanuana Samantho |
Penerbit | Phoenix |
Tanggal terbit | 4 Oktober 2013 |
Jumlah Halaman | – |
Berat Buku | – |
Jenis Cover | Soft Cover |
Dimensi(L x P) | – |
Kategori | – |
Harga | 89.900 |
Text Bahasa | Indonesia · |
https://www.youtube.com/watch?feature=player_embedded&v=FQPdaLo721I
Link Berkaitan:
http://sikumbangtenabang.com/?p=1182#more-1182
http://annunaki.me/2013/10/03/ahmad-yanuana-samantho-garut-kota-illuminati/
Download E-book langka Tarekat Mason Bebas (Freemason) di Indonesia
Ahmad Yanuana Samantho: Garut Kota Illuminati
Garut Kota Illuminati
03-05-2014 11:18
Salah satu wacana dan indikasi bahwa kota Garut menyimpan jejak peradaban Illuminaty-Freemasonry ini diungkapkan oleh Bapak Ucep Jamhari, pensiunan TNI-AD kelahiran Garut, yang saat ini (April-September2013) sedang mencalonkan diri untuk menjadi Bupati Garut. Ucep Jamhari bercerita bahwa ternyata bangunan Masjid Agung Garut dan area sekitarnya pun menyimpan jejak-jejak simbol Illuminati dan Freemasonry.
Adalah cukup mengagumkan bahwa penerbit sekelas Ufuk mau menerbitkan buku seperti ini. Tapi itu lagi-lagi dapat dimaklumi karena buku semacam ini lagi laris manis di pasaran. Buku-buku bertema konspirasi, freemasonry, illuminati, atlantis, atau apalah memang lagi banyak diburu mereka yang lagi mengalami euforia teori atlantis nusantara berkat beredarnya buku “Atlantis, The Lost Continent Finally Found, The Definitive Localization of Plato’s Lost Civilization” karya Prof. Dr. Aryso Santos dan “Eden in the East” karya Stephen Oppenheimer.
Dua buku ini menjadi kitab suci bagi mereka yang mempercayai keberadaan benua Atlantis di Nusantara, tak peduli ada puluhan teori lain yang menyebutkan atlantis di daerah lain. Teori ini semakin heboh saja karena Ahmad Y. Samantho, penulis buku “Garut Kota Illuminati” ini, membumbui teori tersebut dengan kisah-kisah Freemasonry, Hitler, Yahudi, CIA, dan lain-lain. Memang benar apa yang dikatakan orang bijak bahwa .
Bab pertama membahas teori Yahudi keturunan Jawa, atau sebaliknya. Penulis mengutip teori Pebri Mahmud al-Hamdi (entah siapa dia) yang pernah dimuat dalam buku terdahulunya yang berjudul “Peradaban Atlantis Nusantara” (Ufuk, 2011), bahwa di Lubuk Jambi pernah berdiri sebuah kerajaan tua yang dibangun oleh pasukan Alexander the Great pada abad ke-3 SM.. Kerajaan itu dibangun sebagai replika kerajaan Atlantis, sebagaimana yang diceritakan oleh Plato (347 SM). Apa saja dasar hipotesis tersebut ? Tidak disebutkan sama sekali. Kisah-kisah ini berlanjut dengan gaya penceritaan khas Babad yang merujuk nenek moyang nusantara kepada Adam dan Hawa. Dengan asumsi-asumsi yang lemah disebutkan bahwa salah satu keturunan Adam yang bernama Sis diutus untuk menempati tanah Jawa.
“Sebagai seorang Nabi beliau selalu mengemban tugas untuk saling memperingatkan kaumnya satu dengan yang lainnya untuk saling berbagi rezeki dan mempersembahkan Kurbannya “hanya” untuk Allah SWT sebagai tanda ujud syukur atas ketaqwaannya sebagai pemimpin di ‘tanah Jawa’ ini”
Sebelumnya perlu kuingatkan bahwa keterangan kronologis waktu tidak penting dalam buku ini. Kisahnya bisa melompat-lompat antara satu zaman ke zaman lain, antara satu nabi ke nabi lainnya, untuk mendukung teori nusantara sebagai induk peradaban. Mulai dari mengangkat teori “Candi Borobudur sebagai karya Nabi Sulaiman” hingga nabi Daud yang “membuat gamelan dengan tangannya”.
Perlu diketahui bahwa satu-satunya nabi yang termaktub dalam Al Qur’an, yang menggunakan nama depan “SU” hanya Nabi Sulaiman dan negeri yang beliau wariskan ternyata diperintah oleh keturunannya yang juga bernama depan SU yaitu Soekarno, Suharto, dan Susilo serta meninggalkan negeri bernama SLEMAN di Jawa Tengah.
Kalau boleh berkomentar, aku ingin mengajukan teori lain yang sepertinya lebih sempurna, bahwa sebenarnya dulu Sulaiman berkuasa di Solomon Island. Mengapa ? Karena namanya kebetulan sama. Itulah yang dinamakan ilmu kirata alias “kira-kira tapi nyata”. Dengan cara inikah bangsa kita ingin disebut sebagai induk peradaban dunia ?
Di bagian yang sama, penulis membahas teori kesamaan beberapa kata dalam Bahasa Minang (Melayu) dengan Bahasa Eropa. Seperti awak (kita) dengan our, biduak (biduk) dengan boat, ituak (itik) dengan duck, hati dengan heart, dan lain-lain. Semua itu berujung kepada kesimpulan bahwa Alexander the Great pernah menetap di Sumatra pada akhir hidupnya. Menakjubkan bukan ?
Bab II membahas kemungkinan Indonesia sebagai “The Promised Land“-nya orang Yahudi. Apa yang mendasarkan pendapat tersebut ? Ternyata karena ada kesamaan antara kata “Jawa” dengan “Jewish”. Untuk menguatkan pendapat tersebut penulis mengutip beberapa tulisan yang berasal dari Internet sepenuhnya. Banyak hal-hal yang cukup menarik di sini, tapi tetap saja masih jauh dari pembahasan “Garut Kota Illuminati”.
Bab ketiga mulai membahas Illuminati dan Freemason di Nusantara. Hipotesis yang diajukan adalah bahwa alasan kedatangan kaum Teosofi seperti Helena Blavatsky dan kaum Freemason ke Nusantara dan mendirikan banyak loji bersama para pengusaha kolonialis Barat di berbagai kota penting di Nusantara antara lain adalah kemungkinan bahwa mereka sudah mengetahui secara spiritual maupun ilmiah mengenai lokasi imperium atlantis yang sebenarnya. Untuk itu kembali diungkapkan materi-materi yang sudah dimuat dalam buku Ahmad Samantho sebelumnya mengenai kesamaan-kesamaan beberapa peninggalan sejarah di Indonesia dengan negara lainnya, yang lagi-lagi menyampingkan periodisasi sejarah sama sekali. Bayangkan saja caranya membandingkan Piramida Maya dengan Candi-candi di Bali yang usianya terpaut ribuan tahun. Mungkin menurut asumsinya kedua bangunan tersebut dibangun di zaman yang sama. Ini sama saja dengan mengatakan bahwa kesamaan arsitektur kubah mushola yang ada dekat rumahku dengan arsitektur Hagia Sophia di Turki telah membuktikan adanya peradaban yang sama di kedua tempat.
Nah, bab keempat mulai membahas jejak Illuminati dan Freemasonry di kota Garut dan Indonesia umumnya. Apa yang menjadi bukti awal ? Tidak lain adalah “piramid-piramid” di Nusantara berupa punden-punden berundak dan candi-candi yang menurut sang penulis “merupakan ikon sumbolik daripada sekte atau okultisme illuminati dan Freemason sejak periode awalnya”. Dengan kata lain ia menyimpulkan bahwa pembangun punden-punden berundak dan candi-candi di Indonesia merupakan kaum illuminati. Khusus untuk Garut, penulis kembali mengangkat kasus “Gunung Sadahurip” yang bentuknya seperti piramida. Tidak tanggung-tanggung, artikel yang jelas-jelas membantah teori piramida tersebut pun juga dimuatnya. Sehingga di akhir bisa disimpulkan bahwa gunung tersebut tidak punya kaitan apa-apa dengan piramida atau freemasonry.
IMG_0006
Halaman 196 – 200 merupakan inti utama buku ini : jejak Illuminati di Pusat Kota Garut. Setelah dibawa “berputar-putar” lamanya, akhirnya kita tiba pada inti buku ini. Menurut penulis, yang merujuk pada pendapat Bapak Ucep Jamhari, jejak ini antara lain ditunjukkan oleh Masjid Agung Garut yang desain arsitekturnya mirip gedung Loji Freemason. Tidak kurang tidak lebih. Lalu mengapa kaum Illuminati atau Freemason ini tertarik untuk “tinggal” di Garut ?
Keberadaan beberapa peninggalan bangunan dan ciri-ciri simbolis sekte Illuminati dan Freemasons di Kota Garut, mengindikasikan kehadiran mereka di kota ini sejak zaman penjajahan Belanda. Mungkin salah satunya adalah karena keindahan panorama alamnya yang dilingkungi pegunungan dan udaranya yang sejuk, membuat orang-orang Eropa Barat : Belanda, Inggris dan Jerman sering berkunjung dan berlibur di Kota Garut.
Bayangkanlah, organisasi sebesar Freemasonry atau Illuminati yang katanya menguasai dunia, tinggal di Garut karena kota tersebut pemandangannya indah dan udaranya sejuk.
Padahal masih ada pemerhati masalah freemasonry di Indonesia seperti Sophie Trianaparamitha atau Iskandar P. Nugraha, penulis buku sejarah Gerakan Teosofi di Indonesia, yang lebih kompeten sebagai narasumber. Ahmad Samantho sebagai penulis buku ini bahkan sama sekali tidak mengindahkan buku paling komprehensif mengenai sejarah Freemason di Indonesia, yaitu karangan Th. Stevens yang berjudul “Tarekat Mason Bebas dan Masyarakat di Hindia Belanda dan Indonesia 1764-1962″ (Sinar Harapan, 2004). Buku yang mudah didapatkan karena ebooknya bisa diunduh dengan bebas ini bahkan tidak digunakannya sama sekali, padahal banyak informasi penting mengenai Freemason Indonesia yang bisa digali di sana. Mungkin karena semua sumber tersebut tidak membahas hal-hal berbau “atlantis” sehingga sang penulis enggan menggunakannya, dan lebih memilih seorang narasumber bernama Ucep Jamhari yang entah pernah membuat karya apa tentang Freemasonry.
Andai mau capek sedikit, aku yakin Ahmad Samantho sang penulis buku “Garut Kota Illuminati” ini bisa mendapatkan lebih banyak info mengenai kegiatan Freemason di Indonesia . Aku bisa memperlihatkan buku kenang-kenangan 150 tahun sejarah Freemason di Hindia Belanda / Gedenkboek van de Vrijmetselarij in Nederland Oost Indie 1767 – 1917 (Van Dorp, 1917), buku terlengkap yang menyajikan sejarah 150 tahun Freemason di Hindia Belanda secara cukup lengkap, dan merupakan sumber sekunder yang sangat berharga. Anehnya buku ini sama sekali tidak pernah menyebutkan Garut sebagai salah satu lokasi kegiatan Freemasonry. Mereka mendirikan Loge secara terbuka di Batavia, Semarang, Surabaya, Bogor, Magelang, Bandung, Salatiga, Tegal, Malang, Jember, Sukabumi, Purwokerto bahkan sampai Padang, Makassar, Medan dan Palembang tapi tidak pernah di Garut. Apakah itu berarti mereka kurang menyukai pemandangan indah dan hawa sejuk Garut ?
IMG_0004
Suasana Pertemuan Freemason di Gedung Het Star in de Oosten Batavia
IMG_0003
Para pengurus loji Freemason di Buitnzorg (Bogor) (Sumber : Gedenkboek Vrijmetselarij 1676 – 1917)
Selanjutnya sisa buku iniberisi kisah mengenai kunjungan Hitler ke Indonesia, teori-teori konspirasi mengenai Freemasonry, sejarah perbankan, dinasti Rothschild, dan lain-lainnya yang berhubungan dengan Garut sebagai “Kota Illuminati”. Kisah-kisah itu banyak terdapat di thread-thread atau grup-grup yang membahas teori konspirasi di Internet.
Apabila aku mencoba menarik benang merah dari buku ini, maka yang kudapat adalah : Dahulunya negeri ini merupakan pusat peradaban dunia yang didiami oleh nabi-nabi, tetap kemudian tersapu banjir besar sehingga tenggelam. Kalangan Freemason bermaksud menguasai kembali pusat peradaban tersebut dan berusaha menancapkan kekuasaannya kembali, salah satunya di Garut. Sehingga kota tersebut menjelma menjadi “Kota Illuminati”. Mohon dikoreksi apabila kesimpulanku tersebut kurang tepat.
Akhir kata Aku sangat menghargai upaya penulisan dalam bentuk apapun, karena berdasarkan pengalamanku menulis dan menerbitkan buku bukanlah hal yang mudah. Tapi yang perlu dipikirkan adalah, apakah kiranya tulisan kita akan mencerahkan banyak orang atau malah menyesatkan. Juga perlu dipikirkan strategi pemilihan judul buku yang baik sehingga isi buku bisa sesuai dengan ekspektasi pembeli. Buku “Garut Kota Iluminati” ini menurutku bisa mewarnai khazanah literasi di Indonesia, tapi alangkah lebih baiknya apabila sang penulis tidak tergesa-gesa mencantumkan judul buku demikian apabila isi buku tidak sama sekali atau kurang mewakili judul tersebut. Ini hanya pendapat seorang awam yang tidak perlu dipikirkan sama sekali.


[…] tanda-tanda rahasia, simbol, kode, atau apalah. Bacaan standar para penggemar konspirasi, bila ada simbol yang sama maka ini berarti adalah tanda kekuasaan para konspirator! Anda tahu buah salak? Buah salak adalah buah yang bersisik, seperti buaya dan kadal yang […]
[…] by Ahmad Yanuana Samantho on Oktober 14, 2013 in Atlantis Sunda Land, Freemasory dan Zionisme,Hikmah, News, Sejarah Islam di Jawa […]
[…] Garut Kota Illuminati Ahmad Samantho […]