Pesan Visioner Pakde Tato Sugiarto
KRISIS PERADABAN DAN KEBANGKITAN INDONESIA.
POWER SHIFT – sesungguhnya inilah masa transisi dari “old established forces” menuju ke “new emerging forces”. Zaman Edan – pancaroba dari situasi “Naar” (zulumat) menuju kondisi “Nuur”, peperangan antara Kurawa (100) lawan Pendawa (5). Dalam AL QUR’AN dilambangkan sebagai konflik antara Qabil dengan Habil (Q.S. 5 Al Maa’idah 30), atau kisah Nabi Yusuf dan Benyamin lawan Abang-abangnya (Q.S. 12 Yusuf 1-5).
Ini gunanya orang dituntut mempelajari agama secara “kaffah”, supaya bisa menggunakan “Past History” sebagai “Furqaan” (tolok ukur) dan “Future History” sebagai “Hudan” (tolak ukur).
DAJJAL diprediksi akan muncul dari perut bumi (underground) saat menjelang KEBANGKITAN ISA AL-MASIH (Spirituality Resurrection), mahluk jahat ini digambarkan melalui film “Sinbad the Sailor” sebagai “Cyclope” (badan hewan, kepala manusia tapi hanya bermata satu). Inilah karikatur orang-orang beragama tapi pandangannya picik dan nalarnya tumpul, seperti yang baru-baru ini dipagelarkan melalui produser “The Innocence of Moslems” beserta para pendukungnya. Mereka biang pemicu yang mengobarkan perpecahan, justru pada saat masyarakat dunia membutuhkan persatuan antar umat beragama.
Padahal segenap manusia harus rukun dan bekerjasama untuk mengatasi berbagai krisis multidimensi, yang akan memporak perandakan peradaban. Kenyataan tragis ini memang harus terjadi (preprogrammed), dan sesungguhnya peristiwa tersebut dihadirkan sebagai “test case” bagi para agamawan lintas agama, utamanya para penganut Nasrani dan Islam. Mereka jangan sampai terjebak ke dalam turbulensi di atas, namun justru menyadari bahwa sebenarnya pemahaman, penghayatan, dan pengamalan agama konvensional manapun sudah tidak lagi “efficient” dan tidak pula “effective” untuk mengatasi problematika masa kini. Mereka seharusnya berhimpun dan berlapang-lapang dalam majlis (Q.S. 58 Mujaadilah 11-13), supaya bisa sama-sama bersenerji untuk mengembangkan langkah pembaruan “religiosity” (keberagamaan) secara “kaffah”, yang seiiring dengan globalisasi.
GLOBALISASI adalah realita yang disodorkan kepada manusia yang berkembang biak dan berbudaya (Q.S. 9 At Taubah 85). Agama-agama diturunkan supaya manusia memiliki pedoman yang benar, bagus, dan baik dalam upaya mengembangkan kemampuan “survival”.
INCLUSIVE RELIGIOSITY yang kini dibutuhkan umat manusia manapun, supaya bersama-sama bisa medesain “grand strategy” dan membangun “unity of commad” untuk masa depannya.
EXCLUSIVE RELIGIOSITY sudah “obsolete” (kadalu warsa), menganutnya berarti kedzaliman dan kebodohan, dan sama saja dengan “bunuh diri”. ALLAH Al-Alim Al-Hakim telah membangun landasannya melalui IBADAH HAJJI (Millah Ibrahim), sebagai “Embryo” semua Agama (Unify of Religions) dan pondasi Philosophia Perennis (Wihdat ad-Dyan).
PROPHETIC INTELLIGENCE.
KEBANGKITAN AGAMA-AGAMA DAN SPIRITUALISME yang terprogram bersemi di Bumi Pertiwi telah diisyaratkan melalui “nubuat” (prophecy) KEBANGKITAN ISA AL-MASIH atau KRESHNO GUGAH, yang analog dengan “Datangnya Imam Mahdi” atau “Hadirnya Satrio Piningit”.
Perlambang KEBANGKITAN SPIRITUALISME ini kemudian ditampilkan oleh para Wali Songo sebagai pagelaran WAYANG PURWO, yang bermuatan paduan “Cosmology” Jawa, “Anthropology” Hindu, dan “Theology” Islam. Ini merupakan “Puncak TASAWUF” yang mewakili “Zenith SUFISM”, sekaligus mewakili integralisme “Religions – Arts – Science”.
VISIONARY STRATEGIC THINKING.
KEBANGKITAN AGAMA-AGAMA DAN SPIRITUALISME yang bersemi di Bumi Pertiwi ini sudah disiapkan wadahnya melalui “Falsafah PANCASILA dan Bhineka Tunggal Ika”, yang pondasinya IBADAH HAJJI dan naungannya WAYANG PURWO gubahan Wali Songo.
“Di mana bumi dipijak, di situ langit dijunjung!” REVITALISASI FALSAFAH PANCASILA sudah selayaknya dikembangkan secara komprehensif untuk menyongsong peluang dan tantangan nasional maupun global. Ini akan semakin handal, apabila dirintis melalui Seminar Ilmiah IBADAH HAJJI dan WAYANG PURWO secara komprehensif dan sistematis.
“Exercise” tersebut di atas bisa diduga tidak akan dibaca oleh kaum elite negeri ini, walaupun sebenarnya mereka perlu informasi semacam itu. Ini sengaja saya sajikan untuk menghibur Pak Ahmad Yanuana Samantho, yang punya hobby merambah “Terra Incognita” dan melacak “Beyond the Horizons“.
Wassalam, dan terimakasih atas perhatiannya.
Setuju pakde, monggo bersama kita mengingatkan akan bahaya besar didepan mata “bharata yudha”…. namun juga sebuah peluang “joyo Binangun”… matur suwun pencerahannya.