8 Komentar

Kiai Ageng Muhammad Besari Sosok Mahaguru Para Maharaja

Kiai Ageng Muhammad Besari Sosok Mahaguru Para Maharaja

(satu dari 3 artikel dari 3 penulis)

Selain masyhur dengan Bumi Reog, Ponorogo juga menjadi zona spiritualitas massa yang kaya. Kekayaannya melimpah-ruah dalam cerita tutur riyadhoh para pendirinya yang gagah, menerjang badai dan hutan di Bumi Wengker tersebut.

Setelah kemarin penulis membahas tentang Batoro Katong, Adipati pertama Ponorogo di bawah kuasa Majapahit. Yang menyebarkan Islam dan mempertahankan adat istiadat Wengker dengan bijak, misal ihwal Reog.

Pada kesempatan kali ini, penulis mencoba mengudarakan sosok Mahaguru dari para Maharaja di Jawa. Dia bernama Kiai Ageng Muhammad Hasan Besari, seorang Pendiri Pesantren Tegalsari pada awal abad 18 M, Jetis, Ponorogo yang mengkombinasikan dua kutub antara Islam dan Nasionalisme.

Gus Dur di sebuah konsorsium pernah berkata: “Kiai Hasan Besari merupakan monumem berpadunya antara Islam dan Nasionalisme”. Ungkapan menemui kebenarannya ketika Anda melihat silsilah dari Kiai Besari sendiri.

Bahwasannya dari jalur Ayah (Kiai R. Nedo Kusumo), dia merupakan keturunan dari Pendiri Kerajaan Majapahit: Raden Wijaya. Sedangkan dari garis keturunan Ibu (Nyai Anom Besari), nasabnya sampai kepada Rasulullah Saw. melalui garis Sayyidati Fatimah Az-Zahro.

Sebuah landasan yang menarik, perpaduan antara seorang bangsawan dan negarawan dengan seorang ulama’ dan penganut Islam taat. Berkat persilangan tersebut lahirlah Kiai Ageng Muhammad Hasan Besari. Sosok monumen harmoni Islam dan Nasionalisme.

Selain dari segi nasab, bukti lain yang menguak bahwa dari tangan beliau lahirlah sosok Pakubuwono II (Sultan Kartasura), Raden Ngabeh Ronggowarsito (Begawan Kasultanan Kartasura) dan H.O.S Cokroaminoto (Tokoh Pergerakan Nasional Raja Jawa tanpa Mahkota).

Kelak dari ketiga tokoh itulah yang menginspirasi Presiden Pertama Republik Indonesia: Ir. Soekarno dalam memperjuangkan dan membangun NKRI.
Tapi sebelum itu, keilmuan Kiai Besari juga sampai pada pendiri kekuatan organisasi keagamaan Islam terbesar di dunia, yakni KH. Hasyim Asy’ari (NU) dan KH. Ahmad Dahlan (Muhammadiyah).

Meski konsentrasi keilmuan Kiai Besari lebih menonjol pada keilmuan Tasawwuf, yang menyikapi dunia dengan laku zuhud, akan tetapi intrepetasi nilai-nilai sufi oleh para santrinya yang membuat perkembangan makna Tasawwuf itu menjadi lain.

Semisal Pakubowono, posisi dia sebagai bangsawan seorang Sultan Kartasura, pasti laku Tasawwuf itu akan diintegrasikan dengan laku politik Kesultanan secara kolektif. Pasalnya dia sebagai Raja dan mempunyai kendali legitimatif.

Lain dengan Pakubowono, Raden Ngabehi Ronggowarsito merupakan seorang sastrawan masyhur Keraton. Didikan Kiai Besari ini mampu mengartikulasikan ajaran Tasawwuf dengan menciptakan Serat Kalatida berupa dua belas bait sinom atau biasa dikenal dengan kidung Zaman Edan.

Serat itu berisi ajaran hidup untuk mengenali zaman, mengenali diri sendiri dan mengenali tindakan yang akan diperbuat, supaya disesuaikan atau dipadukan dengan tindakan kaum agama dalam masyarakat. Potongan baitnya seperti berikut:

Begja-begjaning kang lali, luwih begja kang éling klawan waspada. (sebahagia-bahagianya orang yang lalai, akan lebih bahagia orang yang ingat dan waspada).

Jika terlahir Raja dan Begawan dari tangan Kiai Besari, lain dengan H.O.S Cokroaminoto. Dia sosok tokoh pergerakan nasional, yang mendirikan sebuah organisasi bernama Serikat Islam (SI). Organisasi dagang yang bertujuan untuk mengembalikan kedaulatan rakyat tersebut didasarkan pada kaidah hukum Islam.

Lebih spesifik lagi, dia telah memadukan antara Islam dan Sosialisme (1924). Perpaduan itu, menitikberatkan pada tanggung jawab sosial secara kolektif. Kekeluargaan, gotong royong untuk menyejahterakan satu sama lain. Sosialisme Bung Cokro: “Cara hidup yang hendak mempertunjukkan kepada kita bahwa kita adalah yang memikul tanggung jawab atas perbuatan kita satu sama lain.” (Tjokroaminoto, Islam dan Sosialisme, 1963:9).

Kritik atas sosialisme barat pun dilancarkan oleh Bung Cokro, bahwa materialisme historis-nya Marx mendasarkan segala asal dari benda, untuk benda dan kembali ke benda. Tapi bagi sosialisme Islam, segalanya betumpu dan bertolak kepada Allah.

Melalui kearifan, keilmuan serta keteguhan akan prinsip Islam tersebut, Raja tanpa Mahkota itu menjadi Mahaguru dari para founding fathers di Indonesia. Adapun wasiat atau pesannya yang paling masyhur adalah : Setinggi-tinggi ilmu, semurni-murni tauhid, sepintar-pintar siasat.

Ala kulli hal, kehebatan Pesantren Tegalsari tak terlepas dari kecemerlangan pendirinya, yakni Ki Ageng Muhammad Besari. Ramuan kurikulum yang diterapkan olehnya, mampu melahirkan banyak bangunan pemikiran bersejarah dalam bidang Islam dan Nasionalisme bagi bangsa Indonesia. Wallahu A’lam.

https://serikatnews.com/kiai-ageng-muhammad-besari-sosok-mahaguru-para-maharaja/

SEJARAH KYAI AGENG MOHAMMAD BESARI TEGALSARI JETIS-PONOROGO

Oleh Agus Hariyono

KATA PENGANTARSuku-suku masyarakat bangsa Indonesia menganut sistem kekeluargaan yang berbeda-beda. Ada yang menganut sistem matriakhat yaitu garis keturunan dari pihak Ibu atau sistem patriakhat yaitu garis keturunan dari pihak Ayah tapi ada yang memadukan dua2nya yaitu sistem parental. Terutama pada sistem parental kadang kadang pada keturunan ketiga saja sudah saling tidak mengenal walau mereka dari satu keturunan, terkecuali para raja yang memang punya kepedulian pada keturunannya sehingga mereka dicatat tertib mulai dari nenek moyang yang menurunkan sampai yang masih hidup sekarang masih dapat dikenal.

Oleh sebab itu jualah maka anak cucu keturunan dari Kyai Ageng Mohammad Besari Tegalsari Jetis Ponorog masih dapat mengenal sampai beberapa keturunan dan patut dihargai  pada sejarah penulisan oleh R. Pernomo Tegalsari Jetis Ponorogo yang kemudian diturun dan digubah oleh Moh. Badar Penghulu Muda KUA Dati II Ponorogo.

MAULANA MALIK IBRAHIM

Beliau adalah putra dari Syech Djumadil Qubro sedangkan Syech Djumadil Qubro adalah putra Imam Dja’par Shadiq putra dari Ali Dhahir. Ketika tahun 1300 M Maulana Malik Ibrahim mensyiarkan Islam sampai negeri Campa. Lama kemudian Maulana Malik Ibrahim mempersunting dan menikahi Putri Cempa, putri sang ratu yang bernama Dewi Woelan dan tidak lama kemudian mengandung dan melahirkan seorang seorang putra yang diberi nama Raden Rachmad yang akhirnya berdiri sebagai Sunan Ngampel Denta di Surabaya. Sunan Ngampel Denta berputra Raden Satmoto, atau yang terkenal dengan sebutan Kyai Ngarobi. Raden Satmoto berputra putri Ny. Anom Besari yang wafat dan dimakamkan dipemakaman Kuncen, Caruban – Madiun. Ny. Anom Besari berputra 3 orang yaitu :

  1. Kyai Chatib Anom yang wafat dan dimakamkan dipemakaman Klambert desa Srigading Tulungagung.
  2. Kyai Mohamad Besari yang wafat dan dimakamkan dipemakaman Tegalsari Jetis Ponorogo.
  3. Kyai Noer Sadiq yang wafat dan dimakamkan dipemakaman Tegalsari, Ponorogo dan berputra Kyai Mukmin yang wafat dan dimakamkan di pemakaman Nglawu Mlarak.

SANG PRABU DI CEMPA
Sang Nata di Cempa bernama Prabu Kuntara, sang nata berputra 3 orang yaitu :
1. Dewi Murdaningrum
2. Dewi Tjondro wulan
3. Raden Tjingkara

Dewi Murdaningrum dipersunting oleh sang Prabu Kartawidjaja dari Kerajaan Mojopahit, dan dari perkawinan ini dikaruniai putra yang bernama Raden Patah dan menjadi sultan di Demak Bintara.

Dewi Tjondro Wulan dipersunting oleh Maulana Malik Ibrahim dan berputra Raden Rachmat ( Sunan Ngampel Denta). Jadi antara R, Patan dengan R. Rachmad masih saudara sepupu ( nak saderek ).

RIWAYAT DARI MAULANA ISKAK.

Maulana Malik Ibrahim mempunyai saudara laki-2 ialah Maulana Iskak berkedudukan tempat tinggal di Negeri Pasik dan menyiarkan agama Islam, pada dasarnya beliau ingin mensyiarkan Islam didaerah Gresik dan Surabaya namun karena kurang puas maka beliau melanjutkan perjalanan menuju kearah selatan yaitu ke negeri Blambangan-Banyuwangi. Singkat cerita di Blambangan Maulana Iskak mengikuti pertandingan untuk bisa menyembuhkan penyakit putri raja yang bernama dewi Sekar Dadu, akhirnya dia bisa menyembuhkan dan kemudian dinikahkan dengan putri tersebut. Tu

Tujuan mensyiarkan Islam di tanah Blambangan tercapai sudah, akan tetapi hanya satu yang tidak mau yaitu sang Raja Blambangan. Kemudian Maulana Iskak menghadap sang Raja dengan maksud meminta sang Raja masuk Islam tapi malah dimusuhi oleh sang Raja, merasa hidupnya sangat terancam Maulana Iskak meninggalkan Blambangan dan meninggalkan isterinya yang sedang hamil untuk menuju ke surabaya menemui kemenakannya yaitu R. Rachmad.

Sepeninggal Maulana Iskak negeri Blambangan dilanda huru-hara dan pagebluk sedangkan raja berpikiran jelek bahwa huru-hara dan pagebluk terjadi akibat bayi Maulana Iskak yang sedang dikandung oleh isterinya maka sang raja bersabda apabila bayi tersebut lahir maka akan dibuang kelaut. Setelah bayi tersebut lahir dia dimasukkan kedalam peti dan dipaku rapat-rapat terus diceburkan ke laut.

Arus air laut membawa peti tersebut terdampar di pantai Gresik dan peti berisi bayi tersebut ditemukan oleh Mbok Ratijah. Dengan rasa haru yang sangat dalam setelah mengetahui bahwa peti tersebut berisi bayi maka dipeliharalah si bayi tersebut dan diberi nama Raden Paku. Setelah dewasa maka Raden Paku menjadi wali dengan sebutan Sunan Giri.

SEJARAH SINGKAT TENTANG RIWAYAT PRABU BRAWIJAYA YANG MENURUNKAN KEPADA TEGALSARI PONOROGO.

Sang prabu Brawijaya berputra Pangeran Demang. Kemudian Pangeran Demang berputra Raden Demang yang wafat dan dimakamkan di pemakaman Badal Ngadiluwih Kediri. Kemudian Raden Demang berputra Kyai Ageng Ngabdul Mursad Tukum Kediri. Dari Kyai Ageng Ngabdul Mursad Tukum berputra Kyai Anom Besari yang wafat dan dimakamkan dipemakaman Kuncen, Caruban Madiun. Kyai Anom Besari beristeri Ny. Anom Besari putri dari Raden Satmoto putra Sunan Ngampel Dento, dari perkawinan ini menurunkan 3 orang putra sebagai berikut :
1. Kyai Chatib Anom yang wafat dan dimakamkan dipemakaman desa Srigading , Klambert Tulungagung .
2. Kyai Mohammad Besari Tegalsari Ponorogo
3. Kyai Noer Sadiq Tegalsari Ponorogo.

Tersebut nomor 2 dan 3  dimakamkan dipemakaman Tegalsari-Ponorogo.

Ki Ageng Mohamad Besari berputra 9 orang :
1. Kyai Iskak Coper, Ponorogo
2. Ny. Abdurrachman
3. Kyai Jakub
4. Kyai Ismangil
5. Kyai Buchori
6. Kyai Cholifah
7. Kyai Iljas
8. Ny. Bin Oemar Banjarsari
9. Kayi Zainal Abidin raja di Selangor Malaya

Kyai Noer Sadiq berputra 6 orang :
1. Ny Amad
2. Ny. Zakaria
3. Ny. Suratman
4. Kyai Mukmin
5. Kyai Mubarak
6. Kyai Idris.

Kyai Chatib Anom sebagai putra pertama Kyai Ageng Anom Besari Kuncen belum didapatkan data-datanya.

RIWAYAT KYAI MOHAMMAD BESARI DI TEGALSARI PONOROGO TH. 1700.

Arah sebelah selatan Timur kota Ponorogo sejauh kurang lebih 12 Km terletak suatu desa tempat tinggal seorang kyai yang alim lagi berbudi luhur bijaksana, asih terhadap sesama suka memberi pertolongan kepada siapa saja yang menderita kesengsaraan, sesuai dengan peribahasa: memberi payung kepada orang yang kepanasan, memberi tongkat kepada orang yang berjalan di atas tempat yang licin, memberi obor kepada orang yang kegelapan..lagi pula didasari banyaknya santri atau muridnya sehingga tersohor di kiri dan kanan tetangga desanya, malahan sudah kedengaran sampai ke daerah daerah lain.

Adapun Kyai yang dimaksud di atas adalah yang bernama DONOPURO yang berasal dari keturunan Sunan Tembayat.

Setelah Kyai Mohammad Besari mendengar berita ada orang alim berilmu lagi pula berbudi luhur dan bijaksana ,dia bergegas menghadap rama-ibunya menghaturkan maksudnya “Duh ayah dan ibu kiranya ananda diperkenankan serta diiijinkan mencari ilmu dipondok Sentono Jetis Ponorogo, dan sang ramanda menjawab: “ooo angger putraku jikalau engkau mencaari ilmu ke Pondok Sentono Jetis aku sangat menyetujui dan membantu apa yang telah menjadi niatmu itu. Maka lekas engkau berangkat dan sekalian ajaklah adikmu Noer Sadiq”.

Kemudian kedua anak tersebut berangkat bersama-sama menuju ketempat kediaman Kyai Donopuro di desa Setono Jetis Ponorogo. Setelah kira-kira 3 sampai 4 tahun lamanya Mohammad Besari dan adiknya berguru pada Kyai Donopuro dan telah banyak Ilmu agama Islam yang dipelajarinya, maka semakin lama semakin disayang oleh Kyai gurunya. Kemudian Mohammad Besari mempunyai keinginan menjelajah daerah Ponorogo dengan adiknya Noer Sadiq sebagai pengiikut.

Ketika perjalanannya sampai di desa Mantub-Ngasinan adiknya Noer Sadiq merasa Kehausan dan mengatakan pada kakaknya,  kakak saya haus sekali dan kata sang kakak ayo kita cari minum . Karena pada saat itu jarang ada sumur dan mencari air bersih sulit maka mereka menemui seseorang untuk minta Kelapa muda agar bisa diminum airnya. Kebetulan seseorang yang ditemui oleh mereka bernama Kiai Noer Salim keturunan Kyai Dugel Kesambi Nglupeng Slahung Ponorogo.

Mereka berdua diijinkan untuk mengambil kelapa muda untuk minum, namun ketika mereka sekali ambil kelapa sejenjang hanya dengan melambaikan tangan saja karena saking gembiranya kyai Noer Salim mengetahui dan berbicara : lho – lho anak cakap kalau mengambil kelapa muda jangan seperti itu, coba kemari saya ajari, maka Kiai mendekati pohon kelapa dan pohonnya dilengkungkan dengan jarinya terus mengambil seperlunya setelah ujung pohon kelapa tersebut melengkung ke tanah. Mengetahui sama-sama memiliki kelebihan sang Kiai Noer Salim bertanya pada Mohammad Besari dan adiknya:   Nak…engkau ini anak siapa dan siapa namamu? dan Mohammad Besari menjawab saya murid Kyai Donopuro dan kami berasal dari Kuncen Caruban.

Nama saya Mohammad Besari dan ini adik saya Noer Sodiq. Kemudian keduanya diajak kedalam rumah untuk diajak berbincang-bincang. Pada akhirnya Mohammad Bessari diambil sebagai menantu oleh Kyai Noer Salim atau yang terkenal dengan sebutan Kyai Ageng Mantub. Setelah pembicaraan seperlunya selesai Mohammad Besari dinikahkan dengan putri sulung Kyai Ageng Mantub dan kemudian diboyong ke Sentono.

MOHAMMAD BESARI MEMBUKA TANAH ( BABAD ) DI DESA TEGALSARI.

Sesudah Mohammad Besari menikahi putrinya Kyai Noer Salim dari  Mantub (Kyai Ageng Mantub) keduanya bersuwita kepada Kiai Donopuro di Sentono. Kira-kira setelah satu tahun Mohammad Besari dan Isteri berada di Sentono, Kyai Donopuro berkata kepada Mohammad Besari dan Isterinya untuk mulai membuka tanah ( babad ) di sebelah timur seberang sungai, itu adalah tegal milikku dan saya beri nama Tegalsari .

Kemudian Mohammad Besari berangkat memulai ditempat yang telah ditunjuk oleh Kyai Donopuro tadi. Lama-kelamaan tempat Tegalsari oleh Mohammad Besari dinamakan juga TEGALSARI. Di sana beliau membangun perkampungan dan pesantren yang semakin lama berkembang pesat dengan jumlah murid yang banyak. Setelah Kyai Donopuro Wafat kejayaan (pulung) pindah ke Tegalsari dan pesantrennya tersohor sampai kemana-mana.

BAGUS HARUN ( BASJARIJAH ) IKUT PADA KYAI AGENG TEGALSARI.

Diceritakan bahwa Kiai Ageng Prungkut Sumoroto mempunyai putra lelaki bernama Bagus Harun (Basjrijah) dan dipondokkan oleh ayahnya di Tegalsari, perlu ikut (nyuwito) sekalian belajar ilmu agama Islam. Bagus Harun berada di tegalsari sangat tunduk dan patuh pada gurunya dan selalu mengikuti segala perintah, bila Kyai akan bersantap yang melayani adalah Bagus Harun dan ditunggui sampai selesai bersantap. Begitu pula mau mandi, Bagus Harunlah yang menimbakan air.

SINUHUN KARTASURA KE II ( SINUHUN KUMBUL) BERTEMU DENGAN KYAI AGENG TEGALSARI
TH. 1730 – 1747.

Ketika Bagus Harun mondok di Tegalsari suatu saat di tanah Jawi terjadi kegegeran yang sangat mengerikan yaitu datangnya berandal dari negeri cina yang merampok dan merampas di Kraton Surakarta. Hal inilah yang membuat Sang Sinuhun meninggalkan kraton dan lolos mengungsi kejurusan timur didampingi Tumenggung Wirotirto di dalam perjalanannya hingga sampai di desa Sawo, Ponorogo.

Karena capai dan lemasnya kedua pria agung berhenti di lereng gunung Bubuk, sampai sekarang batu yang pernah diduduki masih ada, persis di sebelah barat pasar Sawo Ponorogo, akan meneruskan perjalanan ke arah timur sudah tidak kuat disebabkan jalan mulai menanjak gunung. Ketika sang sinuhun melihat ada seorang naik pohon kelapa mangambil nira/legen lalu menanyakan kepada Tumenggung : “He, Wirotirto itu orang naik pohon kelapa kok pakai bumbung segala ?” Wirotirto menjawab pertanyaan sang Sinuhun “Itu sedang mengambil legen/nira (nderes) akan dibikin gula kelapa. Sang Sinuhun bertanya lagi bolehkah kirTumenggung Wirotirto minta legen kepada orang yang nderes dan disampaikan kepada sang Sinuhun.

Setelah sang Sinuhun selesai minum legen, berkatalah beliau kepada yang memberi legen. Pak aku senang sekali atas legen pemberanmu, sungguh berterima kasih aku, mudah-mudahan legenmu oleh yang maha kuasa setelah manjadi gula dijadikan gula yang enak lagi manis sampai turun temurun. itulah sebabnya gula kelapa dari desa Sawo enak rasanya, manis dan gurih dan kuning rupanya sehingga tersohor di seluruh daerah Ponorogo. Ketika pukul satu tengah malam sang Sinuhun mendengar suara lebah yang sedang kirab keluar dari sarangnya, gemuruh karena banyaknya.

Sang Sinuhun bertanya kepada Wirotirto suara apakah itu? Wirotirto menjawab itu adalah suaranya orang sedang munajad kepada Allah, kalau begitu mari kita datangi mereka siapa tahu dapat memberikan obat kepada saya, demikian ajak sang Sinuhun kepada Wirotirto. Adapun suara yang bergemuruh itu tidak lain adalah suara Bagus Harun dan Kyiai Ageng Tegalsari bermunajad, memohonkan rahmat dan derajat untuk putra cucunya sampai datang kiamat.Setelah sang Sinuhun bertemu dengan Kyai Ageng Tegalsari kemudian menceritakan dari awal sampai akhir tentang kejadian yang menimpa negerei Surakarta.

KYAI AGENG TEGALSARI BERDOA DAN DIAMINI OLEH SANG SINUHUN.

Cerita selanjutnya, Sang Sinuhun menghendaki Kyai Ageng Tegalsari ikut membantu mengusir berandal cina, kelak bila dapat berhasil sang Sinuhun akan memberikan hadian yaitu akan memberi tanah tanpa dikenakan membayar pajakl sampai turun temurun, disambut oleh Kyai Ageng Tegalsari dengan doa dan solat munajat kepada Allah SWT.

Sesudah berdoa Kyai Ageng Tegalsari unjuk bicara , Gusti yang mulia saya persilahkan kembali ke Negeri Surakarta kini sudah aman dan tenteram. Prajurit berandal cina sudah kembali semua sebab tanah Jawa sempit sekali percuma kalau akan memerintah tanah jawa. Untuk kembali ke Surakarta saya minta ditemani oleh Bagus Harun dan Bagus Harun disuruh sang Kyai untuk menemani Sang Sinuhun.

Pagi harinya sekira pukul 6 pagi Sang Sinuhun, Tumenggung Wirotirto dan Bagus Harun berangkat menuju Surakarta. Sesampainya di Srandil mereka berhenti untuk beristirahat untuk menghilangkan lelah. Beberapa saat Sang Sinuhun merasa lapar dan kebetulan ada seorang perempuan yanng membawa Kemarang ( keranjang dari bambu) yang isinya nasi dan sayur berkuah, sang sinuhun bertanya pada Bagus Harun apa boleh minta makanan yang dibawa, dan mbok Rondojian nama yang membawa makanan dalam kemarang tersebut  mengijinkan Sinuhun untuk makan makanan. Sinuhun bertanya ini namanya desa apa ya dan dijawab oleh Bagus Harun bahwa desa ini belum ada namanya, karena belum ada nama maka sang Sinuhun memberikan nama desa Menang sebab hari ini saya sudah dapat mengusir berandal cina. Kemudian sang Sinuhun berkata kepada mbok Rondojian, Mbok.. saya sangat seneng suatu saat kalau mbok ada waktu datanglah ke Surakarta akan saya beri hadiah, kemudian sang Sinuhun dan pengiringnya melanjutkan perjalanan dengan selamat sampai di Surakarta.

Bagus Harun, sampai  di Surakarta terus masuk mesjid Suronatan untuk solat hajad mempertegas permohonannya kepada Allah SWT. Kurang lebih 40 hari lamanya kraton Surakarta dan kekuasaan dalam lingkungannya dalam keadaan aman, Bagus Harun mohon ijin pulang ke Tegalsari. Sang Sinuhun mengijinkan dan memberi hadiah berupa payung kebesaran dan lampit ( tikar dibuat dari anyaman belahan rotan) sebagai tanda jasa pembelaan.

Setelah sampai di Tegalsari Bagus Harun melapor kepada Kyai Ageng Tegalsari bahwa keadaan dinegeri Surakarta  dari awal sampai akhir. Payung dan Lampit pemberian dari Sinuhun sebagai anugrah juga diserahkan kepada Kyai Ageng Tegalsari, tapi Kyai Ageng Tegalsari tidak mau menerimanya. Di antara ketidaktahuan yang pasti dari maksud Sinuhun dan Kyai Ageng Tegalsari matanya berketap-ketip tidak bisa tidur semalaman, akhirnya Bagus Harun berketatapan hati untuk kembali ke Surakarta untuk mencari tahu apa maksud payung dan tikar tersebut.

Dalam perjalanan menuju Surakarta dalam pikirannya berkecamuk atas kejadian yang dialami sehingga ketika sampai di Surakarta udara waktu panas sekali diapun membuka Payung untuk berlindung dari terik matahari dan melanjutkan perjalanan sampai dengan Alon-alon Surakarta. Karena demi keamanan sekitar alon-alon dijaga ketat oleh pasukan keraton dengan tentara pemanah yang luar biasa tangkasnya, mengetahui ada orang memakai payung yang tidak jelas penampilannya maka orang tersebut yang tidak lain Bagus Harun dihujani dengan panah namun ajaib tidak ada satu panahpun yang bisa menembus dan melukai Bagus Harun. Setelah mengetahui yang datang adalah Bagus Harun maka Sang Sinuhun menjelaskan bahwa payung tersebut dianugrahkan kepadanya untuk selama-lamanya, setelah mengetahui yang sebenarnya maksud Sinuhun Bagus Harun mohon ijin untuk pulang kembali ke Tegalsari Ponorogo.

Ketika perjalanan pulang Bagus Harun sampai digrojokan (dam) Bang Peluwang di desa Nglengkong, kec. Sukorejo, Distrik Sumoroto dia berhenti dan berpikir tentang payung dan lampit tersebut: Jika dua benda ini aku simpan sampai kelak kemudian hari, maka anak cucuku nanti pasti punya pikiran gumede, sopo siro sopo insun, maka sambil bermunajad kepada Allah Bagus Harun melempar dua benda tersebut kedalam grojogan tersebut Ya Allah, grojogan ini sebagai saksi limpahkanlah karunia berkahmu kepada anak cucuku dengan Kebesaranmu ya Allah. Begitulah kata orang-orang yang datang ketempat grojogan Bang Peluwang itu apabila ada penampakan dua benda tersebut maka keberhasilan akan datang pada yang melihatnya. Wallauhallam.

BAB SEJARAH BAGUS HARUN DAN PERMULAAN ADANYA DESA SEWULAN, DAGANGAN.

Sekembalinya Bagus Harun dari Surakarata, lalu ikut (nyuwita) lagi pada Kyai Ageng Tegalsarai, lama kelamaan Bagus Harun mempunyai keinginan menjadi orang yang berdiri sendiri dan mempunyai tanah bukaan (babadan) sendiri juga merdeka seperti Tegalsari.

Pada suatu hari Bagus Harun menghadap Kyai Ageng Tegasari dan menyampaikan keinginan hatinya, duhai rama Panembahan, perkenankanlah kami menyampaikan keinginan kehadapan rama Panembahan, ada apa gerangan coba haturkan. Hamba ingin punya tanah babad sendiri yang merdeka seperti tanah babad milik rama penembahan, kiranya tanah mana yang bisa dibabad untuk anak cucu keturunan kami kelak demikian tutur Bagus Harun.

Kyai Ageng Tegalsari memberi petunjuk, Harun kalau engkau ingin babad tanah carilah payungmu yang kau buang di grojogan Bang Peluwang dahulu itu, nanti dan  kitari mengikuti hutan jangan berhenti sebelum ketemu.

Kebingungan melanda Bagus Harun kembali, maka sang Kyai Ageng Tegalsari menegurnya,”jangan termangu-mangu dan linglung Harun, Allah itu mempunyai kekuasaan yang Maha Besar kalau engkau ingin segera memiliki tanah babad cepat-cepatlah cari payungmu.

Setelah mendengar kata-kata Kyai Ageng Tegalsari maka Bagus Harun mencari payung yang dibuang tersebut sampai dengan 1000 hari, baru ditemukan disuatu tempat dengan ditandai bau yang harum di tempat tersebut. Maka bergegas kembali ke Kyai Ageng Besari sambil menghaturkan payung tersebut dan serta merta sang Kyai menyuruh untuk membuka ( babad) di mana payung tersebut ditemukan. Tempat tersebut akhirnya dinamakan dengan nama desa SEWULAN  berasal dari 1000 (sewu) dino.

BAB SEJARAHNYA KYAI ZAINAL ‘ABIDIN MENJADI MENANTU RAJA SELANGOR MALAYA.

Sepeninggal Bagus Harun menuju ketempat baru (sewulan) dari Tegalsari menjadi buah bibir orang-orang sebelah timur gunung lawu sampai ke cangkring Pacitan. Tidak ketinggalan putri bungsu Tumenggung Cangkringan Pacitan membicarakan kehebatan Tegalsari pada waktu itu, dan matur kepada ayahandanya bahwa kelak menginginkan untuk dijodohkan dengan putra Kyai Ageng Tegalsari, Ponorogo. Mendengar permintaan putrinya tersebut Tumenggung Cangkringan Pacitan kemudian berangkat menuju Tegalsari untuk menemui Kyai Ageng Tegalsari dan menyampaikan maksud kedatangannya.Maka Kyai Ageng Tegalsari menyambut apa yang dikehendaki oleh putri Tumenggung Cangkring tersebut dengan penjelasan bahwa Kyai punya Putra tapi buruk rupa dan berperawakan cebol, apa sekiranya putri tumenggung mau dengan putra saya tersebut ?

Tanpa pertimbangan apapun Tumenggung Cangkring menyetujui, kemudian pulang ke Pacitan sambil berpesan kepada Putra Kyai untuk datang melamar ke Cangkring Pacitan. Selang kemudian Kyai Ageng Tegalsari memanggil putranya yang bernama Zainal ‘Abidin dan memberitahukan tentang maksud pernikahannya dengan Putri Tumenggung Cangkring Pacitan. Singkat kata Kyai Ageng Tegalsari mengutus kakak Zainal ‘Abidin yaitu Iljas untuk mewakili dan pergi ke Cangkring Pacitan disertai santri untuk keperluan melamarkan adiknya si Zainal ‘Abidin.

Tetapi setelah acara pernikahan diatur sedemikian rupa terjadi keributan ternyata setelah dipertemukan antara Zainal ‘Abidin dan putri  Tumenggung Cangkring  sang putri menolak setelah melihat mempelai laki2nya buruk rupa dan cebol, dan maunya hanya dinikahkan dengan Iljas-kakak Zainal ‘Abidin yang mewakili pada waktu lamaran. Singkat kata untuk menyelesaikan maka akhrinya Iljas yang dikawinkan dengan putri Tumenggung Cangkring dari Pacitan, sedangkan Zainal ‘Abidin sangat malu atas nasib yang menimpa dirinya dan atas pertimbangan  dengan kakanya Kyai Iskak Coper bermaksud untuk menunaikan ibadah haji kepada orang tuanya.

Karena ketiadaan biaya untuk memberangkatkan kedua putranya ke tanah suci Kyai Ageng Tegalsari bermunajad kepada Allah SWT dan setelah selesai bermunajad maka dipanggilah kedua putranya. Nak, lihatlah dibawah pesujudan apabila ada emasnya ambillah untuk berangkat kalau tidak ada mungkin Allah SWT masih memberikan kita ujian untuk bersabar.

Maka kedua putra Kyai Ageng Tegalsari pergi menuju tempat persujudan dan membuka di bawahnya ternyata ada banyak sekali emas di bawah tempat persujudan, dan mereka mengambil emas secukupnya untuk biaya menunaikan ibadah haji, sambil bersujud pada kedua orang tuanya minta ijin berangkat. Setelah keduanya pergi menunaikan ibadah Haji dalam perjalanan pulang kapal yang dinaiki keduanya berlabuh di selangor selama 7 hari dan keduanya meluangkan waktu untuk berjalan-jalan melihat keadaan kota.

 

Ketika kapal sudah mau berangkat Kyai Iskhak Coper memanggil adiknya Kyai Zainal ‘Abidin untuk segera naik ke kapal, akan tetapi Kyai Zainal ‘Abidin tidak mau dan memilih tinggal di Selangor. Selama di Selangor Kyai Zainal ‘Abidin banyak sekali dan terus menerus melakukan i’tikap di dalam mesjid kota dan menjalani kehidupan sebagai orang perantuan.

Pada suatu ketika putri Kanjeng Sultan Selangor menderita sakit yang tambah lama tidak tersembuhkan. Karena putus asa sang Sultan membuat sayembara barang siapa yang bisa menyembuhkan sang putri kalau laki-laki maka akan diambil sebagai menantu kalau wanita akan dijadikan anak putri  Kanjeng Sultan Selangor, maka sayembarapun bergema sampai pelosok penjuru negeri namun tak satupun yang dapat menyembuhkan penyakit sang putri.

Syahdan diceritakan, Kyai Zainal Abidin yang sudah dua bulan melakukan I’tikap di masjid kota bermaksud keluar dari masjid untuk melihat lihat sejenak, dan sesampainya di luar gapura masjid mendengar berita tentang sayembara tersebut.

Tergerak hatinya mendengarkan penderitaan sang Putri maka diputuskan untuk menghadap sang Sultan dan menyampaikan maksud kedatangannya untuk membantu menyembuhkan putri. Sang Sultanpun berkenan dan Zainal Abidinpun dibawa ke keputrian untuk mengusahakan penyembuhan sang putri. Atas ijin Allah SWT maka Zainal Abidin bisa menyembuhkan penyakit sang putri dan alangkah bahagianya sang Sultan melihat kejadian tersebut, maka sesuai dengan janji Sultan Kyai Zainal ‘Abidin diambil menantu dan terus dinikahkan dengan putri Raja Selangor. Setelah itu keturunan  Kyai Zainal Abidin dan putri Sultan Selangor menjadi penerus kekuasaan raja-raja Selangor.

KYAI BIN OEMAR MEMBUKA HUTAN (BABAD) DIDESA BANJARSARI MADIUN.

Sesudah Kyai Ageng Tegalsari mengangkat semua putra-putrinya kejenjang rumah tangga, tinggal seorang putrinya yang bungsu yang belum mendapatkan jodoh sehingga memprihatinkan Kyai Ageng Tegalsari. Beliau memohon kehadirat Allah SWT agar putri bungsunya segera mendapatkan jodoh.

Diceritakan bahwa Kyai Ageng Pugeru mempunyai putra lelaki yang bernama Bin Oemar dilamarkan ke Tegalsari oleh ayahnya.Setelah diterima oleh Kyai Ageng Tegalsari, Bin Oemar kemudian dinikahkan dengan putrinya. Antara 7 hari sesudah hari pernikahan di Kratorn Yogjakarta terjadi suatu kejadian yang menggemparkan ialah hilangnya Pangeran Singosari yang pergi dari Yogjakarta dan membuka (babad) hutan di daerah Malang, di desa Singosari dan mendirikan istana (Kraton) sendiri. Sinuhun Yogja bertanya kepada Tumenggung. Ki Tumenggung ini nanti akhirnya bercerita bahwa Pengeran Singosari tidak mau kembali ke Yogja, daripada nanti ada perang Saudara bagaimana ini Tumenggung. Ki Tumenggung lalu memberikan jawaban Gusti sebaiknya paduka saya mohon mengirim utusan ke Tegalsari minta pertolongan kepada Kyai, supaya Kyai mau mengajak pulang  Pangeran Singosari kembali ke Yogja. Kalau demikian engkau saya utus pergi ke Tegalsari menyelesaikan persoalan ini perintah Sinuhun. Ki Tumenggung menyanggupi kemudian buru-buru berangkat menuju Tegalsari.

Sesampainya di Tegalsari kemudian menemui Kyai Ageng Tegalsari dan mengatakan maksud dan tujuannya menghadap Kyai Ageng. Kyai saya diutus oleh Sinuhun Yogja untuk mohon bantuan Kyai membawa pulang Pangeran Singosari yang dewasa ini sedang babad di hutan desa Singosari Malang. Dikhawatirkan kalau pengeran tidak mau pulang ke Yogja kelak akan timbul perang saudara. Nanti apabila Kyai Ageng dapat membawa pulang Pangeran Singosari maka Kyai akan diberi anugrah yaitu bumi merdika yang tidak dikenakan pajak untuk selama-lamanya. Kyai Ageng Tegalsari kemudian memanggil Kyai Bin Oemar, putra menantu yang baru menikah dan memerintahkan  Bin Oemar, hari ini engkau saya utus ke Singosari Malang supaya membujuk pangeran yang sedang Babad hutan mau kembali ke Yogja.

Bin Oemarpun sendiko dawuh atas perintah yang diberikan oleh mertuanya dan berangkat bersama-sama dengan Ki Tumenggung. Sesampainya di Malang Bin Oemar sholat diperbatasan hutan yang sedang di buka oleh Pangeran Singosari. Setelah sang Pangeran mengetahui kedatangan tamu dan salah satunya Ki Tumenggung dari Yogja maka Pangeran memerintah senopati untuk menangkap Ki Tumenggung. Bin Oemar menerangkan segala maksud tujuannya menemui Pangeran Singosari dan Ki Tumenggung hanyalah mengantarkan Bin Oemar,  dan setelah keduanya berbicara panjang lebar akhirnya ada kesepakatan bahwa Pangeran Singosari mau pulang ke Yogja dan Bin Oemar sebagai jaminanan atas keamanan Pangeran Singosari. Ki Tumenggung diutus berangkat dahulu untuk memberitahu kepada Sinuhun Yogja atas segala perihal yang sudah dilaksanakan dan meminta penjemputan oleh prajurit di batas kota jogja. Atas jasa Bin Oemar maka Sinuhun menghadiahkan bumi Perdikan Banjarsari Madiun bebas pajak.

KYAI AGENG KASAN BESARI TEGALSARI TERIMA TRIMAN PUTRI DARI SURAKARATA.

Semasa Tegalsari dipegang oleh Kyai Kasan Besari, keadaannya subur makmur aman sentausa, rakyat sedesa dan kiri kanannya pada mantap menghadap dan dengan sungguh-sungguh memeluk Agama Islam. Mereka rukun bersatu padu dan bergotong-royong  dan tidak ada bentrok satu dengan yang lain, adanya hanya saling bantu-membantu dengan semboyan sakit dipikul bersama enak dirasakan bersama. Kyai Kasan Besari adalah putra dari Kyai Iljas dan Kyai Iljas adalah putra dari Kyai Ageng Mohammad Besari Tegalsari, berarti Kyai Kasan Besari adalah cucu dari Kyai Ageng Mohammad Besari Tegalsari.

Desa Tegalsari semakin hari menjadi semakin tambah banyak penduduknya dan sangat maju dalah agama Islam, sampai tersohor dimana-mana Pesantren Tegalsari. Kyai Kasan Besari kecuali mengajar para santri juga manjabat sebagai  Kepala desa Tegalsari. jumlah muridnya ketiak itu tidak kurang dari 10.000 orang. Diwaktu itu Kyai Ageng Kasan Besari sampai membuat peraturan baru yang selaras dengan hukum agama Islam. orang mencuri apabila tertangkap hukuman potong tangan, orang berzina dihukum timpuk sampai 80 kali. Dari hal inilah yang menjadikan desa-desa di sekitar Tegalsari iri dan mengikuti apa yang telah diterapkan oleh desa Tegalsari.

Bupati Ponorogo setelah mendengar berita bahwa Kyai Tegalsari membuat peraturan sendiri dan menyebal dari peraturan Pemerintah, segera melaporkan kepada Sinuhun di Surakarta, Sinuhun merasa terkejut sekali, terus memerintahkan supaya menangkap Kyai Tegalsari untuk dibawa ke Surakarta dan dikenanakan pidana. Sesudah diurus oleh Pengadilan Kyai Ageng Kasan Besari mendapat keputusan untuk dibuang (diselong) keluar Jawa, di seberang lautan. Kyai Ageng Kasan Besari jadi diberangkatkan ke tempat pembuangan, setibanya di Jakarta terus dinaikkan kapal. Begitu jangkar diangkat pertanda kapal mau berangkat bergerak berlayar, mendadak sontak mogok, kapal tidak mau jalan. Berulangkali setelah hidup kapal dijalankan mesin mogok lagi. Berikutnya dari pihak penguasa timbul pikiran supaya Kyai Ageng Kasan Besari diturunkan dari Kapal dan kapal dicoba berlayar maka tidak ada masalah, lancar-lancar saja. ketika Kyai Ageng Kasan Besari dinaikkan ke kapal lagi – mogok lagi kapal tidak mau bergerak. Setelah diketahui sebab musababnya berasal dari Kyai Ageng Kasan Besari maka beliau tidak jadi dibuang keluar Jawa dan ditawan didalam Mesjid Agung Surakarta.

Di bulan Maulud, Kyai Sebaweh yang tinggal di Tegalsari, mewakili Kyai Ageng Kasan Besari memberi perintah kapda para santri supaya pergi ke Surakarta untuk melihat Grebeg Maulud sekalian menengok Kyainya, karena mendengar berita bahwa Kyai tidak jadi diasingkan tapi ditawan di Masjid Agung Surakarta. Para santri gembira sekali kemudian mereka mengatur keperluan masing-masing untuk berangkat ke Surakarta. Sampai tempat  tujuan mereka langsung menuju masjid Agung di mana Kyai ditawan. Mereka menemui dan menyalami Kyai Ageng Kasan Besari dan mereka merasa sedih ketika melihat Kyai mereka menderita tekanan bathin, mereka mohon bertanya hal keputusannya.

Kyai Ageng memberi jawaban bahwa beliau masih dalam tawanan di dalam masjid ini dan menunggu keputusan Pengadilan lebih lanjut. Para santri mohon bertanya pada Kyai apakah diperbolehkan oleh Kyai kalau borgol (rante) yang mengikat itu diputuskan saja ? ada santri lain yang mengusulkan supaya rantenya ditiup saja, nanti kan copot sendiri. Kyai Ageng Kasan Besari kemudian ketawa sambil menjawab, gus kalau seorang laki-laki sejati sebenarnya kalau Gusti Allah berkehendak melepaskan belenggu atau rante itu bukannya diputus atau ditiup, tetapi lepasnya harus dari orang yang membelenggu semula. Jadi aku hanya pasrah kepada Allah saja, terserah bagaimana keputusan Allah. Gus baiknya ini bulan Maulud, nanti malam mari semua mengadakan perjanjean (berjanjen/barzanji) dan salawatan Maulud untuk menghormati Gusti Kanjeng Nabi Muhammad SAW. Sebaiknya salah seorang santri pergi menghadap bapak Penghulu perlu mohon ijin untuk mengadakan perjanjen dan salawatan. Sesudah para santri menghadap bapak penghulu untuk mohon ijin mengadakan perjanjen dan selawatan di mesjid agung dan diperkenankan malamnya perjanjen dan selawatan  Maulud Nabi dimulai, suara di masjid dan kanan kirinya sungguhnya ramai karena jumlah 500 orang santri pada melaksanakan semua. Banyak orang yang pada melihat dan merasa heran, sebab pada masa itu belum ada orang yang dapat selawatan Maulud, kalau toh ada yang dapat selawatan masih jarang sekali. keadaan yang baru terlaksana ini membuat puas dan senangnya opara pinisepuh di daerah Surakarta sehingga membikin tenteramnya pemerintahan.

Diceritakan setelah waktu menunjukan pukul satu malam, waktunya asrakat, Kyai Ageng Kasan Besari yang bertindak selaku dalangnya dasar suaranya dan cara melagukan sangat enak sehingga kedengaran kedalam krator para putri pada tergiur mendengar suara tersebut. Seorang putri sinuhun bertanya, Ayah suara siapa yang enak didengar itu ? Itu suara Kyai Ageng Kasan Besari yang tidak jadi diselong dan ditawan didalam masjid Agung. Kalau begitu ananda mohon dijodohkan dengan Kyai Ageng Kasan Besari sinuhun, pinta sang putri pada ayahndanya kalau tidak lebih baik ananda bunuh diri saja padahal Sinuhun sudah menjodohkan putri tersebut dengan seorang Pangeran dari Yogjakarta. Akhirnya Sinuhun mengabulkan permohonan putrinya dan dinikahkan dengan Kyai setelah syarat 2 yang diminta Kyai Ageng Kasan Besari disetujui yaitu minta penghidupan untuk menafkahi putri dan dibebaskan dari segala hukuman.

Kyai Ageng Kasan Besari dihadiahi sawah seluas 100 bahu untuk menghidupi putrinya tersebut. Paman Sinuhun yang sedang bertapa di gunung Tidar mendengar perihal pernikahan putri Raja dengan orang rendahan tidak berkenan dan datang kepada Sinuhun untuk menanyakan perihal tersebuit. Sinuhun, tukasnya, putri raja harusnya dapat dari kalangan raja juga, tapi kenapa dijodohkan dengan santri dari golongan rendahan itu kan menurunkan kewibawaan. Pamanda, njuk Sinuhun, biarpun dia Seorang Kyai tapi mempunyai kesaktian yang luarbiasa melebihi kesaktian saya mapun kesaktian paman, lagi pula dia masih keturunan Sunuhun Brawijaya, jadi masih trah rembesing madu. Tidak puas dengan penjelasan sinuhun maka pamanda sinuhun menantang seberapa besar kesaktian Kyai Ageng Kasan Besari. Sinuhun mengutus pengawal untuk menjemput Kyai ke Tegalsari Ponorogo lengkap dengan kudanya, namun sesampai di Tegalsari setelah maksudnya di ketahui oleh Kyai maka disuruh pulang dululah para pengawal kerajaan bersama-sama dengan Nyai Ageng Kasan Besari tersebut ke Surakarta nanti Kyai akan menyusul. 7 hari setelah pengawal sampai di surakarta terheran-heran melihat Kyai Ageng Kasan Besari sudah datang lebih dahulu daripada mereka yang berangkat lebih dahulu bersama-sama dengan Nyai Ageng dan beliau Kyai sudah berada di keraton Surakarta 6 hari lamanya.

Nyai Ageng mohon penjelasan dari Kyai Ageng: Kyai kok sudah ada di sini naik apa dan sudah berapa lama, maka Kyai jawab dengan enteng saja, ya jalan kaki dan sudah ada di sini selama 6 hari kenapa kalian saya tunggu lama kok tidak datang-datang. Mendengar jawaban Kyai Sinuhun dan pamanda terheran-heran, kemudian mereka kembul bojana antara putra-putra sentono.

Pada saat makan sang Paman sinuhun mengambil lauk ayam rampadan yang sudah ada dipiring, seketika ayam lauk tadi tiba-tiba menjadi ayam hidup dan kemudian terbang. Kyai Ageng Kasan Besari merasa dicoba lalu beliau mengambil saputangan dibuang dan menjadi luwak(musang) maka sang luwak mengejar ayam yang lari tersebut dan memakannya. Ketika itu juga sang Paman mengambil lauk daging kambing yang ada dirampadan lainnya dan berubah menjadi kambing hidup. Kyai Ageng tidak terlena kemudian beliau melepas surban yang dipakainya dan melempar surban sehingga menjadi harimau yang menerkam kambing tersebut. Melihat kejadian tersebut maka Sinuhun Surakarta minta kepada Pamanda dan sang menantu untuk tidak melanjutkan adu katiyasan tersebut. Sang Pamanda bertanya pada Kyai Ageng, apa bisa memanah  dan sang Kyai menjawab tidak, tapi kalau paman minta untuk titis-titisan dalam memanah Kyai akan mengikuti. Sang Paman lalu memasang gambar burung ditengah alun-alun yang digantung, kemudian dilepasi dengan panah dari kejauhan dan semua mengenai mata gambar burung tersebut tidak ada yang meleset.

Kemudian waktunya Kyai Ageng Kasan Besari untuk melepas anak panah, sebelumnya Kyai minta apa diperbolehkan melepas anak panah dengan membelakangi gambar burung tersebut? pamanda mengiyakan permintaan tersebut. Walhasil seluruh anak panah yang dilepas Kyai dengan cara membelakangi gambar burung tersebut menancap tepat di mata burung tersebut sampai tembus. Selanjutnya Kyai Ageng Kasan Besari mengeluarkan guna kesaktiannya sambl berkata kepada yang mulia. Eyang, cucunda mohon diperkenankan menyampaikan sepatah kata untuk dipergunakan sebagai terakhirnya kepercayaan kepada cucunda. Sekarang beringin kurung itu saya panah, eyang silahkan memeriksa nanti kalau ada selembar daunpun yang tidak berlobang, cucunda terima dan langsung menjatuhkan talak kepada cucunda Yang mulia. Selanjutnya hamba akan pulang ke Tegalsari Ponorogo seorang diri saja. Setelah sepakat maka Kyai memanah ringin kurung yang seketika roboh terbelah jadi dua dan seluruh daunnya berlobang, dari situ Sinuhun dan Pamanda sudah sangat mengakui dan merasa terkalahkan dan akhirnya mengijinkan Kyai beserta isterinya pulang ke Tegalsari Ponorogo. Keberangkatan Kyai Kasan Besari beserta isteri diiringkan dengan suatu penghormatan yang luar biasa dan setelahnya menjadi pembicaraan  atas kehebatan yang sudah dipertunjukkan ibarat bunga wangi yang bau harumnya semerbak kemana-mana.

BAGUS BURHAN MONDOK DITEGALSARI.

Antara selang 3 bulan dari sejak pulangnya Kyai kasan Besari dari Surakarta tumenggung Tjokronegoro ingin dan tergiur sekali dapat necep Ilmunya Kyai Kasan Besari, kemudian putranya lelaki yang bernama Bagus Burhan dihantarkan ke Tegalsari, untuk dipondokkan pada Kyai dan supaya dipimpin dan dibina. Kedatangannya disertai seorang pembantu pribadi yang bernama Onggoloyo juga berasal dari Solo Surakarta.

Diceritakan Bagus Burhan mondok di Tegalsari antara satu tahun lamanya, selalu membikin tidak amannya pondok dan mengajak para santri pergi untuk menyabung ayam jago dan plesiran judi.Lama kelamaan di pondok timbul keerusuhan dikarenakan judi keplek, dadu dan adu jago. Mendengar itu semuai Kyai Kasan  Besari menjadi sedih sekali dan memanggil Onngoloyo karena Kyai sendiri jarang ketemu Bagus Burhan. Kyai minta supaya Bagus Burhan disuruh keluar saja dari Pondok ini sebab selalu bikin keributan dan kerusakan moral sejak saat itu juga, kemudian Onggoloyo mengajak Bagus Burhan untuk pergi dari Tegalsari. Bukan main sedihnya hati Bagus Burhan karena jika kembali ke Solo pasti akan dimarahi oleh ayahnya Tumenggung Tjokronegoro.

http://sirojulfataa.blogspot.com/2012/04/sejarah-kyai-ageng-mohammad-besari.html

8 comments on “Kiai Ageng Muhammad Besari Sosok Mahaguru Para Maharaja

  1. Kyai Ageng Kanjeng tegalsari di makamkan di magetan, apakah anaknya langsung dari keturunan Kyai Kanjeng Tegalsari IV (bernama siapa) anaknya ibu alm isbandiyah
    nama ibunya siapa, Saya cucu dari ibu Isbandiyah yang bersuami Wongsodimejo

  2. assalamualaikum , mohon maaf neronjol di sini , singkat saja , tentang desa menang tidak bisa di kait kan dengan srandil , lebih jelas nya anda harus menyingkap tabir gelap yg di curi kolonial pada waktu itu karna anda menulis ini ke pablik bahwa anda tidak bisa menyingkap sejarah yg sesungguh nya karna bukti dan kitab bisa menipu , hadis aja di pilih pilih kebenaran nya , bangsa ini di jajah hingga di obrak abrik kepahaman masyarakat nya serta di adu domba hingga pahlawan siapa yg menentang kolonial belanda akan di jelek kan riwayat nya , gunung srandil itu makam nya belum lama , kumbul siapa , kumbul itu pengkhianat , politik negara kumbul adalah politik curang , anda bila ingin membuka tabir desa menang tolong rebut kembali buku harian pangeran samber nyawa atau mangku negara 1 yg masih di tangan bajingan belanda , sejarah desa menang telah di otak atik di jaman kekuasaan raja raja yg berkompromi dengan belanda , kumbul penipu , ki ageng punuk adalah juru tulis kerajaan yg di utus mengelabuhi masyarakat atas kebenaran sejarah , tanah perdikan desa menang dahulu meliputi srandil , sampung, dll menang itu dulu luas , jika anda tanya pada masyarakat desa menang percuma karna sudah di butakan kepalsuan sejarah , ini sejarah desa menang yg di rahasiakan dan hanya saya saja yg tau karna tidak di dukung bukti yg kuat cukup saya pendam dan semoga terbuka oleh kejayaan nusantara nanti nya , bahwa di desa menang ada anak keturunan jalur muhamad besari tepat nya di dalam desa menang tapi tempat itu sudah menjadi makam yg hancur petilasan nya ,tempat itu dinamakan mondokan yg dulu tempat mondok santri , sebelah utara ada makan merto gati yg di aku makam nya desa maron , orang maron tidak tau akhirnya ngawur padahal itu makam tumenggung merto gati prajurit pangeran samber nyawa , kaitan nya apa ? bahwa penulis kerajaan yaitu ki ageng punuk telah memfitnah pada tulisan nya bahwa anak kiai di fitnah rondo padahal itu anak kiai yg memberi pesan kepada pangeran samber nyawa soal langkah perang memutari kerajaan tahap demi tahap , pangeran samber nyawa berguru pada ayah nya dan putri kiai tersebut di nikahi tanpa sepengetahuan pihak manapun , tapi tugas pangeran samber nyowo belum selesai akhirnya di tinggal kan dan sudah berbuah , setelah berdiri mangkunegara baru di jemput putri kiai tersebut tapi setelah di keraton tidak mendapat tempat yg layak di lingkungan karna di musuhi istri yg lain , akhirnya meninggal kan keraton , tapi setelah mangku negara menyerahkan mahkotanya pada anak nya ia pergi dan menjadi rakyat jelata bersama anak kiai tadi hingga meninggal , jika ada makam mangku negara 1 di tempat makam para raja itu jelas bohong , karna pernah desas desus dan akhirnya tertutup rapat , di jaman sby saya pendukung nya hingga saya mengirimi email pada nya bahwa pangeran samber nyawa adalah pahlawan saya memohon dan itu pun di tolak pihak keraton saat sby ke situ tapi dialah presiden saat itu , jadi wallohualam ucapan saya di dengar , dan siapa saya itu tidak penting , pribadi saya sangat tidak suka kebohongan kebohongan hingga kebohongan itu berlarut larut . jika ingin mensurvei jangan tanya pangeran samber nyawa pasti warga desa menang kaya orang goblok karna sudah termakan tipuan berlarut larut . tidak ada petilasan kecuali inggris mau mengembalikan buku berharga milik pangeran samber nyawa , pengetahuan ini hanya pada pengetahuan bathin namun bukti itu kembali pada buku harian pangeran samber nyawa yg sekarang di tangan inggris setelah belanda mengungsi ke britania raya. sekian dari saya .mohon maaf alamat email sudah terblokir ,

  3. Bisa minta alamat/nomer hp/akun sosmed penulisnya?

  4. Mksh..sejarah yg generasi muda harus tau….

  5. pada tanggal 25 januari 2020. kami dari temanggung ziarah ke makam beliau, untuk tempat nya nyaman dan bisa membuat khusuk kami dalam berdoa, ada satu hal yang akan kami tanyakan , siapa sosok orang tua berambut gondrong putih yang waktu kami ziarah tampak mondar mandir di area makan, dan awalnya kami mengira orang “gila” namun secara tiba tiba beliau mendekat dan membagikan sedikit sejarah singkat ki ageng besari dan memberi kami beberapa amalan untuk dijalankan agar tenang hidup kami. disaat kami semua mendengar kan petuah beliau ada rasa sejuk dan kantuk kami hilang padahal kami sampai di makam ki ageng besari jam 23:00, waktu kami tanya nama beliau tudak menjawab dan pergi sambil melantunkan solawat dan disertai dzikir asmaul husna, apakah penulis tau siapa sosok beliau yang kami ingat yaitu berambut putih gondrong .

  6. Itu kemingkinan Mbha Kicuk, keturunan Ki Ageng. Saya sdh mengenalnya melalui Grup WA kami. Jika ingin menenal lebih jauh dan sejarah Ki Agenb, silahkan menghubungi kami di wonosobo.wonosbo76@gmail.com.

  7. perlu di benahi silsilahnya.

  8. Di Kedondong, Desa Kandangan Kebonsari ada Makam Mbah Hasanrejo, katanya masih keturunan Kyai Ilyas Tegalsari. Kalo baca di Silsilah ini Kyai Hasanrejo Putra dari Kyai Hasan Yahya yg merupakan Putra Putra Pertama Kyai Ilyas. Yang tahu monggo dilengkapi lagi.

Tinggalkan komentar

Atlantis in the Java Sea

A scientific effort to match Plato’s narrative location for Atlantis

Sembrani

Membahas ISU-ISU Penting bagi Anak Bangsa, Berbagi Ide, dan Saling Cinta

Wirdahanum

رَبَّنَا آتِنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً وَهَيِّئْ لَنَا مِنْ أَمْرِنَا رَشَدًا

aawanto

The greatest WordPress.com site in all the land!

Covert Geopolitics

Beyond the Smoke & Mirrors

Catatan Harta Amanah Soekarno

as good as possible for as many as possible

Modesty - Women Terrace

My Mind in Words and Pictures

Kanzunqalam's Blog

AKAL tanpa WAHYU, akan berbuah, IMAN tanpa ILMU

Cahayapelangi

Cakrawala, menapaki kehidupan nusantara & dunia

religiku

hacking the religion

SANGKAN PARANING DUMADI

Just another WordPress.com site

WordPress.com

WordPress.com is the best place for your personal blog or business site.