-
Istimewa
Launching MDHW TV
Indopos.co.id – Untuk mengenang jasa besar para kiai dan pahlawan yang berjuang merebut dan mempertahankan kemerdekaan 1945, Pengurus Besar (PB) Majelis Dzikir Hubbul Wathon (MDHW) mengadakan peringatan Hari Pahlawan 10 November 2020, di kantor PB MDHW Jalan Tegal 2A Menteng Jakarta Pusat, Senin (16/11/2020). Acara MDHW ini mengikuti protokol kesehatan yang ketat. Selain diisi rangkaian kegiatan… Baca lebih lanjut
-
Istimewa
Pangeran Djonet Diponegoro
Pangeran Djonet adalah penyebar ilmu Silat RM Djonet adalah putra dari Pangeran Diponegoro dari istrinya yang bernama RaY Maduretno/RA Diponegoro (cucu Sultan Hamengkubuwo II), ibunya RaY Maduretno (makam imogiri) bernama Bray Maduretno (anak Sultan Hamengkubuwo II) menikah dengan Pangeran Prawirodredjo (adipati maospati/madiun), jadi RM Djonet Dipomenggolo adalah buyut Sultan Hamengkubuwo II dari ibu Ray Maduretno… Baca lebih lanjut
-
Tauhid: Wahdatul Wujud
WAHDATUL WUJUD, Keseluruhan ada (wujud atau eksistensi) dan apa saja yang mengada atau teradakan (maujud) — merupakan ketunggalan, kesatuan. Beragam realitas ”non-Tuhan” itu tak me-wujud sendiri melainkan “sekadar” sebagai pengungkapan dari realitas atau wujud— Realitas atau Wujud—tunggal. Itu semua, baik yang bersifat indrawi maupun intelektual (noninderawi), hanyalah seperti bayangan. Yakni, sebagaimana bayangan yang bermain dalam… Baca lebih lanjut
-
MALIK AL HIND Sahabat NABI Muhammad SAW dari Nusantara
Masih tentang Sahabat Nabi Muhammad dari Nusantara?Jumat 29 Jan 2021 06:01 WIB REPUBLIKA.CO.ID, — Pada awalnya tulisan tentang Sri Baduga Malik al-Hind yang terdahulu adalah sekadar contoh dari penerapan metode abduktif dalam mata kuliah kajian Islam interdisipliner di Pascasarjana STFI Sadra dan kajian ilmu hadis revisionis di LPII Yayasan Muthahhari Bandung. Tentang kajian islam interdisipliner,… Baca lebih lanjut
-
Mencari Jejak Ki Sunda
Mencari Jejak Ki Sunda by: Tauhid Nur Ashar Sebuah mangkok nan indah dan subur kini terbentang dengan dipenuhi permukiman dan berbagai gedung yang tinggi menjulang. Kita menamainya Megapolis Bandung. Bahkan sejak RAA Wiranatakusumah memindahkan ibukota ke daerah Masjid Agung Dalem Kaum saat ini dari Dayeuh Kolot, kota yang satu ini terus berkembang dan terus menjadi… Baca lebih lanjut
-
Imam Ali bin Abi Thalib RA, Kian Santang & Rakeyan Sancang
Oleh SofiaAbdullah* Imam Ali bin Abi Thalib RA, Kian Santang & Rakeyan Sancang – Sofia Abdullah (wordpress.com) Bagi pemerhati sejarah Sunda dan tentunya masyarakat Sunda sendiri yang ingin mengetahui sejarah leluhur, pastinya sudah tidak asing lagi dengan ketiga nama tokoh penting ini. Tiga tokoh yang terkait erat dengan sejarah masuknya Islam ke wilayah jawa bagian… Baca lebih lanjut
-
Wali Sangha
📚 MANAKAH YANG BENAR: “WALI SANGA (WALI SONGO)” ATAUKAH “WALI SANGHA” Oleh: Syansanata Ra(Yeddi Aprian Syakh al-Athas) *Tulisan ini diturunkan sebagai pengantar dari kajian tentang Kutub Selatan (Sarishma / Antartika). Bismillaahirrahmaanirrahiim, Wahai Saudaraku, sudah menjadi pengetahuan “mainstream” yg diamini oleh masyarakat umum, khususnya oleh masyarakat Tanah Jawa dimana ketika kita menyebut kata “WALI SANGA” maka… Baca lebih lanjut
-
. FPI, HTI DAN KHILAFAH HANYALAH ALASAN UNTUK MELEGALKAN FASISME & MEMPERTAHANKAN DOMINASI KAUM TAMAK DINEGRI INI
olehTito Gtsu.FPI, HTI DAN KHILAFAH HANYALAH ALASAN UNTUK MELEGALKAN FASISME & MEMPERTAHANKAN DOMINASI KAUM TAMAK DINEGRI INI Zaman Orde Baru, muslim Indonesia terpolarisasi menjadi tiga kelompok, NU, Muhammadiyah, dan selain keduanya . Tapi peta gerakan Islam, pasca runtuhnya rezim militer Orba Tahun 1998, berubah drastis. Golongan islam tumbuh bak jamur di musim hujan. Menarik diamati.… Baca lebih lanjut
-
Sejarah Singkat Wali Songo Penyebar Islam di Pulau Jawa (Bagian ke-1 dari 9 Tulisan)
Sejarah Singkat Wali Songo Penyebar Islam di Pulau Jawa (Bagian ke-1 dari 9 Tulisan) Serambi Nusantara Prabu Siliwangi dan Kosmologi Sunda: Telaah Tasawuf Ketuhanan Leluhur Nusantara Oleh Ki Eka ”Sengara” Dalam telaah almarhum Edi S. Ekadjati, kosmologi Sunda kuno terbagi dalam tiga hal, yaitu bumi sangkala (dunia nyata, alam dunia), buana niskala (dunia gaib, alam gaib), dan buana jatiniskala (dunia atau… Baca lebih lanjut
-
Kampung Adat Urug
Skip to content Friday, January 1, 2021 Latest: Tatap Tahun Baru 2021, Portal Berita Serambi Nusantara DiluncurkanAkhiri 2020, BoyGreen Tanam Ratusan Pohon Buah di Embung Gilirejo BoyolaliWarga Kota Bogor Gelar Haul ke-11 Sang Guru Bangsa, KH Abdurrahman WahidMenelusuri Kampung Adat Sisa Peninggalan Kerajaan Pakuan Pajajaran di Desa UrugPondok Sufi Gentala ‘Arsy, Membumikan Tarekat di “Tanah Wiralodra”… Baca lebih lanjut
-
Titik Nol Digital Edutainment AYS
Titik Nol Digital Edutainment AYS
-
My Late RIP FB account
-
Islam dan Jalur Rempah Nusantara
ISLAM DAN JALUR REMPAH PANTAI BARAT SUMATERA UTARA : DEKONSTRUKSI SEJARAH MASUKNYA PERADABAN ISLAM PERTAMA DI INDONESIA ABAD KE 7(FGD, Kampus UINSU, 22 Desember 2020) Diskusi tentang kota kuno yang berabad abad hilang, kota misterius yang baru saja ditemukan. Di kota kuno ini sejak setahun belakangan sudah ratusan koin Dinasti Umayyah dan Abassiah ditemukan, temuan… Baca lebih lanjut
-
Waspada Balkanisasi NKR
AWAS! BALKANISASI NUSANTARA MELALUI PINTU SENTIMEN AGAMA Sesi Belajar Geopolitik Balkanisasi itu istilah geopolitik. Menurut wikipedia, ia merupakan proses fragmentasi atau pembagian sebuah negara menjadi beberapa negara kecil yang kerap tidak kooperatif antara satu dan lainnya. Balkanisasi dianggap peyoratif (pemburukan makna) dari proses perpecahan negara besar menjadi negara kecil-kecil. Populernya istilah tersebut, erat-kaitannya dengan terpecahnya… Baca lebih lanjut
-
Pancasila: Indonesia Mercu Suar Dunia
Ibnu Prakoso Jun 21 INDONESIA MERCUSUAR DUNIA Pancasila setelah mengalami tekanan, pengamalan dan pelaksanaan yang keluar dari nilainya, khususnya masalah Keadilan Sosial, dan ada juga sebagian dari saudara kita yang berusaha untuk menggantikan Pancasila dengan ideologi “Khilafah”. Maka dengan sungguh-sungguh saya tegaskan disini, bahwa sebagai dasar, falsafah dan ideologi, Pancasila merupakan solusi, titik temu, bagi bangsa… Baca lebih lanjut
-
Admin Blog Info
Admin blog Bayt al-Hikmah Info:
-
Amanat Prabu Wastu Kancana
AMANAT WASTU KENCANA Prabu Raja Wastu atau Niskala Wastu Kancana adalah putera Prabu Maharaja Lingga Buana yang gugur di Palagan Bubat pada tahun 1357. Wastu Kancana adalah satu-satunya ahli waris Linggabuana yang masih hidup,karena ketiga saudaranya telah wafat. Menurut Kropak 630, tingkatan batin manusia dalam keagamaan adalah acara, adigama, gurugama, tuhagama, satmata, suraloka, dan nirawerah.… Baca lebih lanjut
-
Balkanisasi NKRI oleh CIA Mossad dan M16
-
Geopolitik Mutakhir
Buat kawan-kawan Nasionalis yang masih belum bosan membela Jokowi, silahkan simak benang merah konspirasi politik di bawah ini. Apa yang nampak di permukaan hanya sebagian hal saja, namun kepingan “puzzle” yang disatukan dari berbagai sumber, bisa menjadi bahan perenungan untuk perjalanan ke depan bangsa ini. Sengkarut Politik semenjak hadirnya Jokowi hingga hari ini bukan tiba-tiba… Baca lebih lanjut
-
Bangsa Jepang turunan Nusantara Sundaland
-
MEMULIAKAN AHLUL BAIT DALAM BUDAYA NUSANTARA
MEMULIAKAN AHLUL BAIT DALAM BUDAYA NUSANTARA Berdasarkan buku Masuknya Islam ke Timur Jauh yang ditulis oleh peneliti sejarah terkenal tahun 1950an, seorang mufti dari Malaysia, bernama al Habib Alwi bin Thahir al Hadad, disebutkan pada tahun 681 M hingga tahun 700an Masehi pasca peristiwa karbala, telah terjadi gelombang hijrah kaum syiah Islam yang cukup besar… Baca lebih lanjut
-
Pendidikan Yang Berkebudayaan
Pendidikan Yang Berkebudayaan (PYB): Catatan Khusus (1) PYB itu adalah judul sebuah buku yang menurutku adalah sebuah magnum opus dari pemikir Yudi Latif (YL) yang sangat komprehensif menyusun mozaik landasan konsep Pendidikan di Indonesia dengan memutar ulang jejak sejarah yang melatarinya dan berupaya membawanya ke konteks kekinian. Sehingga terasa sangat pas jika subjudulnya adalah “Histori,… Baca lebih lanjut
-
Penjajahan Sistemik
SEKILAS PENJAJAHAN SISTEM Sesi Belajar Geopolitik Kendati kolonialisme fisik di Indonesia telah selesai pada 17 Agustus 1945, tetapi secara nonfisik (penjajahan) belum usai. Bahwa kolonialisme masih berlanjut hingga kini namun dalam “wajah” berbeda. Lebih soft, tetapi kerusakan yang ditimbulkan tak kalah dahsyat dibanding penjajahan fisik/klasik. Wajah lain kolonialisne (nonfisik) itu antara lain berupa penjajahan pikiran,… Baca lebih lanjut
BEBERAPA waktu lalu jagat media sosial sempat dihebohkan dengan perlakuan brutal sekelompok vandalis di Cianjur, Jawa Barat, yang menghancurkan tiga Tugu Penjelas Nama Jalan (TPNJ). Salah satu TPNJ itu menginformasikan riwayat seorang pejuang kemerdekaan bernama Soeroso. Siapakah dia?
Dalam blog pribadinya, Ahmad Samantho menyebut Soeroso sebagai salah satu kakeknya. Menurut penulis sejarah asal Bogor itu, Soeroso memiliki nama lengkap Raden Soeroso dan merupakan putra dari Raden Soemarsono yang pernah tinggal di wilayah Cibalagung (masuk dalam wilayah Ciomas, Kota Bogor).
“Ketika masih kecil, saya sering melihat lukisan pinsil Kakek Soeroso dipajang di rumah Eyang Uti (nenek Samantho) dan di rumah Mbah Buyut Soemarsono,” ungkap Samantho.
Keterangan Ahmad Samantho ditegaskan oleh Sukarna (98). Kepada saya, eks pejuang kemerdekaan di Bogor itu berkisah bahwa Soeroso masih terhitung pimpinannya di BBRI (Barisan Banteng Republik Indonesia) cabang Bogor. Ketika sedang hebat-hebatnya perlawanan para pejuang Indonesia terhadap pasukan Inggris pada awal 1946, secara sukarela Soeroso bersama 10 anak buahnya hijrah ke Cianjur.
BACA JUGA: Di Bawah Simbol Banteng
“Karena saat itu konvoi tentara Inggris sering melewati Cianjur, Pak Soeroso memutuskan untuk “menunggu” mereka di sana,” ujar Sukarna.
Di kota penghasil beras itu, Soeroso lantas membangun basis perlawanan. Selain melatih para pemuda setempat, dia pun terlibat aktif dalam pengadaan senjata untuk melawan musuh. Dalam sebuah dokumen berjudul “Beberapa Catatan Tentang Sejarah Perjuangan Rakyat Cianjur dalam Merebut dan Mempertahankan Kemerdekaan Negara Kesatuan Republik Indonesia Tahun 1942—1949” yang disusun oleh Tim Sejarah Dewan Harian Cabang Angkatan 1945 Kabupaten Cianjur, dikisahkan Soeroso pernah menyumbang 10 senjata bekas tentara KNIL kepada para pejuang yang beroperasi di Cipanas.
Dalam buku Pertempuran Konvoy Sukabumi-Cianjur 1945-1946, Letnan Kolonel (Purn) Eddie Soekardi (Komandan Resimen ke-13 TRI Komandemen Jawa Barat) menyebut nama Soeroso sebagai pimpinan gerilyawan kota yang aksi-aksinya sangat impresif. Dalam suatu aksi penghadangan di pusat kota Cianjur pada Maret 1946, Soeroso dan anak buahnya berhasil mengganggu pergerakan Bataliyon 3/3 Gurkha Rifles (suatu kesatuan elit militer Inggris dari Divis ke-23 British India Army) dari Bandung ke Sukabumi.
Bersama gerilyawan-gerilyawan lain dari Yon 3 Resimen III TRI, Lasykar Hizbullah dan Sabilillah, Lasykar BBRI pimpinan Soeroso (lebih dikenal sebagai Pasukan Banteng Soeroso) melakukan penyerangan lewat aksi hit and run terhadap Yon 3/3 Gurkha Rifles yang diperkuat oleh tank Sherman, panser wagon, brencarrier dan truk-truk berisi pasukan. Kendati hanya menggunakan molotov cocktail (bom sederhana yang terbuat dari botol yang diisi bensin dan disertai sumbu) dan beberapa pucuk senjata saja, mereka melakukan serangan terstruktur khas tentara Jepang dari sudut-sudut pertokoan dan lorong-lorong rumah yang berderet sepanjang pusat kota Cianjur.
“Bagi para serdadu Gurkha Rifles, situasi itu cukup membingungkan. Mereka hanya bisa bertahan dan membalas serangan tersebut sekenanya dari balik kendaran-kendaraan tempur mereka… ” kata Eddie Soekardi.
BACA JUGA: Neraka Pasukan Gurkha
Ketidakberdayaan salah satu satuan elit militer Inggris dalam Perang Dunia II sempat dicatat oleh sumber Inggris sendiri. Dalam The Fighting Cock: The Story of The 23rd Indian Division, Kolonel A.J.F Doulton memuji pergerakan taktis gerilyawan Indonesia yang sempat membuat para serdadu Gurkha panik dan terpukul.
“Ini menjadi suatu bukti, orang-orang Indonesia mengalami kemajuan dan semakin militan…” tulis Doulton.
Tetapi karena kurang lengkapnya persenjataan para pejuang Indonesia, Cianjur pada akhirnya jatuh juga ke tangan tentara Inggris. Sebagai markas, para prajurit Inggris memilih bekas gedung Pabrik Es (sekarang menjadi Gedung Gelanggang Muda Cianjur). Pasukan Banteng Soeroso sendiri kemudian menyingkir ke arah Pasar Suuk (sekarang Jalan Barisan Banteng) dan mendirikan markas di sebuah rumah yang ditinggal pemiliknya (sebuah keluarga Belanda).
Zoehdi (95) masih ingat bagaimana Soeroso kerap melatih anak buahnya berbaris di sekitaran Pasar Suuk. Bunyi aba-abanya yang khas dan terdengar tegas, seolah menembus rimbunan pohon-pohon mahoni yang saat itu banyak tumbuh di sana.
“Saya mengenang Pak Soeroso itu sebagai pemuda pemberani, badannya kekar dan sorot matanya tajam menantang, mirip seekor banteng muda”ungkap eks anggota milisi Angkatan Pemoeda Indonesia (disingkat API, sebuah milisi perjuangan rakyat Indonesia yang didirikan pada akhir 1945) tersebut.
Keberanian Soeroso memang sangat populer di kalangan para pejuang Cianjur saat itu. Dikisahkan oleh Zoehdi, Soeroso pernah nekad mengejar sebuah pesawat tempur Inggris hanya menggunakan sepeda motor dan sebuah stengun.
Akhir 1946, tentara Inggris mulai meninggalkan Indonesia. Sebagai penggantinya maka tentara Belanda mulai bermunculan dan menjadi penguasa sebenarnya. Situasi tersebut jelas membuat para pejuang Indonesia semakin menguatkan perlawanannya. Mereka tak mau Belanda menjajah lagi untuk kedua kalinya. Di Cianjur, nyaris setiap hari hidup tentara pendudukan tak pernah tenang. Selalu saja ada dari mereka yang terbunuh atau hilang diculik gerilyawan Republik. Salah satunya adalah Pasukan Banteng Soeroso.
Dengan modal senjata seadanya, hampir tiap malam, mereka melakukan aksi teror terhadap asrama militer Belanda yang berada di wilayah Kampung Tangsi (sekarang menjadi Gang Pangrango) dan induk pasukan mereka yang bermarkas di Joglo (sekarang menjadi gedung Komando Distrik Militer 0608 Cianjur, Toserba Slamet, gedung Markas Corps Polisi Militer). Merasa terganggu dengan serangan-serangan Banteng Soeroso ini, maka militer Belanda kemudian melancarkan suatu operasi intelijen untuk menjebak pimpinan milisi Republik itu.
BACA JUGA: Tokoh di Balik Takluknya Tentara Inggris di Sukabumi
Maka disebarlah telik sandi ke pinggiran kota dan pelosok desa. Setelah semua informasi terkumpul, intelijen militer Belanda lantas membuat skenario penangkapan. Singkat cerita, “diutuslah” oleh militer Belanda seseorang (yang berpura-pura sebagai pejuang) ke markas Banteng Soeroso. Dengan dalih membahas strategi perjuangan selanjutnya, sang telik sandi itu mengundang Soeroso untuk menemui sekumpulan gerilyawan kota di sebuah warung makan yang masuk dalam wilayah Satoe Doeit (sekarang Jalan Soeroso atau Ampera). Tanpa kecurigaan, Soeroso menyanggupi undangan tersebut dan datang ke Satoe Doeit, bersama dua ajudannya, Sjamsoe dan Slamet.
Menurut kesaksian Sjamsoe, sekira jam 19.00 mereka tiba di warung makan itu dan langsung memesan makanan. Saat santap malam itulah, satu peleton tentara Belanda mengepung tempat tersebut. Soeroso yang sadar dirinya masuk dalam jebakan lantas melakukan perlawanan. Pertempuran tidak seimbang pun berlangsung cukup seru.
“Kami bertiga bertarung habis-habisan, kami masing-masing hanya menggunakan sepucuk pistol,” kenang Sjamsoe.
Sayang, saat hendak meloloskan diri ke luar warung makan, sebutir peluru menghantam tepat dada Soeroso. Dia pun terjungkal. Diikuti Slamet yang juga tertembak dan bermandikan darah. Lantas bagaimana nasibnya Sjamsoe,? Begitu terjungkal karena hantaman peluru, beberapa warga setempat langsung membawanya ke seorang dokter bernama Ojo. Kendati mengalami luka berat, Sjamsoe nyawanya masih bisa diselamatkan dan bisa melanjutkan hidupnya hingga awal tahun 2000. https://historia.id/militer/articles/soeroso-banteng-muda-musuh-belanda-6lj4E?fbclid=IwAR0tU7TK6XCbmdhuLTBY4ywb-cuj4jfwL1jjD8uuPs7__GFI2XqygbADIj0