Ingin Tahu dari Mana Asal Usul Orang Sunda? Baca Dulu Ini!
Sabtu, 19 Agustus 2017 | 10:34 WIB
kumeokmenehdipacok.blogspotPara raja Sunda dulu kala
🔊 Dengarkan Berita
TANGERANG, BANTEN, NETRALNEWS.COM –Dari berbagai penelitian dan telaahan yang diperole, hingga kini belum diketemukan suatu petunjuk yang jelas dan baku tentang asal usul suku-suku di Nusantara. Sehingga, hal itu mempersulit pula untuk mengetahui secara jelas dan pasti tentang asal usul orang Sunda.
Apakah orang Sunda itu berasal dari YunanTiongkok Selatan, atau dari Persia, Iran Utara? Atau yang dari utara ini cum arus balik mudik pulang kampung warga Sundaaland ke tanah airnya yang sejati puluhan ribu tahun yang lalu (antara 200.000 – 75.000 tahun yang lalu sebelum ledakan Supervulcano Gunung Toba dan Krakatau?
Semuanya belum ada petunjuk pasti. Namun, paparan Ahmad Yanuana Samantho di bawah ini cukup menarik untuk ditelusuri. Bahwasannya, kira-kira antara Pegunungan Hindukusj dan Pegunungan Himalaya ada sebuah dataran tinggi (plateau) yang bernama Iran-venj, penduduknya disebut bangsaAria.
Mereka menganggap bahwa tanah airnya disebut sebagai Taman Surga, karena kedekatannya dengan alam gaib. Namun, mereka mendapat wangsit dalam Uganya, bahwa suatu ketika bangsaIran Venj akan hancur, sehingga bangsa Aria ini menyebar ke berbagai daerah.
Salah satu gerombolan bangsa Aria yang dikepalai oleh warga Achaemenide menyebut dirinya sebagai bangsa Parsa dan pada akhirnya disebut bangsaPersi dan membangun kota Persi-Polis. Pemimpin Achaemenide bergelar Kurush (orang Yunani menyebut Cyrus).
Dalam perjalanan sejarahnya, mereka membantu bangsa Media yang diserang oleh bangsa Darius. Bahkan bangsa Darius dengan pimpinan Alexander Macedonia pun pada akhirnya menyerang Persi. Dan tak lepas dari itu bangsa Persi, pada jaman Islam pun diserang dan ditaklukkan.
Begitu pula oleh Jengis Khan dari Mongol, dan pada akhirnya diserang pula oleh bangsa Tartar yang dikepalai oleh Timur-Leng. Rentang perjalanan sejarah bangsa Persi ini, menyadarkan mereka untuk kembali kepada nama asalnya, yaitu Iran (dari Iran-Venj).
Segerombolan suku bangsa Aria yang menuju arah Selatan, sampailah di tanah Sunda, tepatnya di Pelabuhanratu (sekarang). آ Para pendatang itu disambut dengan ramah dan terjadi akulturasi budaya di antara mereka, pendatang dan pribumi (Sunda) saling menghormati satu sama lainnya.
Proses akulturasi budaya ini dapat kita lihat dalam sistem religi yang diterapkan, Pendatang mengalah dengan keadaan dan situasi serta tatanan yang ada. Batara Tunggal atau Hyang Batara sebagai pusat “sesembahan” orang Sunda tetap menempati tempat yang paling tinggi, sedangkan dewa-dewa yang menjadi sesembahan pendatang ditempatkan di bawahnya.
Hal itu dapat dilihat dalam stratifikasi sistem “sesembahan” yang ada di daerah Baduy, dikatakan bahwa Batara Tunggal atau Sang Rama mempunyai tujuh putra keresa, lima dewa di antaranya adalah Hindu, yaitu : Batara Guru di Jampang, Batara Iswara (Siwa), Batara Wisnu, Batara Brahma, Batara Kala, Batara Mahadewa (pada akhirnya menjadi Guriang Sakti serta menjelma jadi Sang Manarah atau Ciung Manara), Batara Patanjala (yang dianggap cikal bakal Sunda Baduy). Akulturasi ini, tidak saja dalam lingkup budaya, melainkan dalam perkawinan.
Nun jauh di sana, di Fasifik sana, Bangsa Mauri dilihat secara tipologinya, mereka berkulit kuning (sawo matang), Postur tubuh hampir sama dengan orang Sunda. Nama-nama atau istilah-istilah yang dipergunakan, seperti Dr. Winata (kurang lebih tahun 60-an menjadi kepala Musium di Auckland).
Nama ini tidak dibaca Winetou atau winoto tapi Winata . Beliaulah yang memberikan Asumsi dan teori bahwa orang Mauri berasal dari Pelabuhanratu. Hal yang lebih aneh lagi adalah di Selandia Baru tidak terdapat binatang buas, apalagi dengan harimau maung tapi sima maung dipergunakan sebagai lambang agar musuh-musuh mereka merasa takut.
Bersamaan dengan itu, terjadilah sebuah analisa dengan pertanyaan, apakah benua Atlantis yang pernah hilang itu ada kaitan dengan tanah Sunda dan orang Sunda?
Untuk memudahkan menjawab pertanyaan di atas, mari kita buktikan dengan benda-benda hasil karya mereka. Salah satunya adalah Trappenpyramide, yaitu limas bertangga), sebagaimana diuraikan Samanto di bawah ini.
Di Jawa Barat (Tatar Sunda), Limas bertangga ini dahulu berfungsi sebagai tempat peribadatan begitu pula bagi orang Pangawinan (Baduy) dan bagi orang Karawang yang masih memegang teguh dalam adat tatali karuhun tidak boleh membangun rumah suhunan lilimasan.
Bagi orang Jawa Tengah, menurut Dr. H.J De Graaf, dengan adanya candi-candi Hindu yang sudah sangat kental percampurannya, sehingga tidak lagi terlihat jati diri Jawa Tengahnya. Sedangkan candi-candi di Jawa Timur bentuk-bentuknya masih kentara keasliannya, karena tempelan budaya luar hanya sebagai aksesoris saja. Yang lebih jelas lagi di Bali, karena keasliannya sangat kentara.
Kembali ke daerah Polynesia, bangunan-bangunan purba trappenpyramide tersebar di pulau Paska hingga ke Amerika Selatan yaitu di Peru. Apa ada hubungannya dengan Sunda ?
Salah satu ekspedisi Kontiki – Dr. Heyerdahl, membuktikan dan memunculkan teorinya bahwa hal tersebut di atas merupakan hasil kebudayaan dari manusia putih berkulit merah (sawo matang). Walaupun teori ini banyak dibantah para ahli lainnya, namun dapat kita tarik satu asumsi bahwa manusia putih berkulit merah ini adalah manusia Atlantis yang hilang oleh daya magi.
Pembuktian ekspedisi Kontiki – Dr. Heyerdahl sekarang lebih terungkap itu ada benarnya. Sehingga bila melihat sejarah bahwa keturunan dari Tatar Sunda menyeberang hingga ke Polynesia itu adalah orang-orang Atlantis.
Itu bisa dimengerti meninga salah satu kebiasaan dari para leluhur Sunda adalah selalu menyembunyikan dalam bentuk simbol — ekspansi kebudayaan dari Tatar Sunda ke daerah Polynesia, yaitu dengan adanya rombongan dari Palabuhanratu, dapat dibuktikan kebenaran-nya.
Seperti uraian benarkah orang Sunda pendatang atau benarkah Parahiangan pusat Atlantis ? Di sini, silahkan sidang pembaca untuk menilai lebih jeli kebenaran yang ada, karena benar adalah benar ia harus absolut tidak relatif.
Editor : Thomas Koten
Sumber : Disarikan dari Ahmad Yanuana Samantho.wordpress
Aria (Schytian) Ibu saya dan Kakek persis orang Aria putih rambut merah, namun sekarang Jawa Barat banyak dihuni ras suku Rimba yang berbeda tabeatnya dan mengaku Sund tapi menghancurkan budaya Schytian
Izin share kang
Izin share kang