Copas dari Kang Yeddi Aprian Syakh Al-Athas



GARUDA / GAR-HUDA / GAL-HUDA / GALLUS-HUDA = AYAM JANTAN RAKSASA YANG MEMBERI PETUNJUK
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Originally Written by:
Yeddi Aprian Syakh Al-Athas
Bismillahir rahmaanir rahiim,
Sampurasun…
Kita kembali pada Kajian ARKEO-LINGUISTIK tentang asal muasal nama “GARUDA” dalam Mitologi Nuh-Sayna-Tha-Ra (Nusantara).
GARUDA Batara Wishnu, Burung HUDHUD Nabi Sulaiman, AYAM JANTAN Raja Solomon, dan Burung PHOENIX dalam Mitologi Yunani kesemuanya merujuk kepada sosok yang sama yang disebut dalam banyak nama.
Dalam Kitab Al-Quran Umat Islam, Burung Hud-Hud ditulis sebagai “HUDHUDA”.
“Dan dia (Sulaiman) memeriksa burung-burung lalu berkata, “Mengapa aku tidak melihat HUDHUDA, apakah dia (HUDHUDA) termasuk sesuatu yang GHAIB? Sungguh aku benar-benar akan mengazabnya dengan azab yang keras atau benar-benar akan menyembelihnya kecuali jika benar-benar dia datang kepadaku dengan alasan yang jelas”. Maka tidak lama kemudian datanglah HUDHUDA lalu ia berkata: “Aku mengetahui sesuatu yang kamu belum mengetahuinya, dan kubawa kepadamu dari SABA suatu berita penting yang diyakini. Sesungguhnya aku menjumpai seorang wanita yang memerintah mereka dan dia dianugerahi segala sesuatu serta mempunyai singgasana yang besar”. (QS. An-Naml 27: 20-23)
Sedangkan dalam Kitab Targum II Ester Umat Yahudi yang ditulis pada abad ke-2 SM Burung Hud-Hud disebut sebagai “AYAM JANTAN”.
“Solomon memberikan perintah, dia akan mengirim (raja) dan bala tentara melawan engkau yang terdiri dari jenis binatang-binatang darat dan burung-burung di udara. Kemudian sesudah itu, seekor AYAM JANTAN pergi dengan sesuka hatinya dan entah kemana. Raja Solomon memberi perintah untuk menangkapnya, membawa dengan paksa dan dia memang bermaksud akan membunuhnya. Tetapi kemudian AYAM JANTAN itu muncul dihadapan Raja dan berkata, “Aku telah melihat-lihat seluruh bumi dan menyakinkan sebuah kota dan kerajaan SHEBA yang belum tunduk kepadamu, tuanku Raja. Mereka diperintah oleh seorang Ratu bernama SHEBA. Kemudian aku menemukan kota yang dibentengi di EASTLAND dan sekelilingnya dihiasi batu-batu emas dan perak, yang mengalasi jalan-jalan”.
(Kitab Targum II Ester, abad ke-2 SM)
Namun jauh sebelum itu, leluhur kita sudah lebih dahulu mengenalnya sebagai “GAL-HUDA” yang diambil dari kata “GALLUS” dan “HUDA”.
GALLUS / Gallus Gallus = Nama Latin Ayam Jantan Hutan.
Soal ayam hutan silahkan cek :
www.id.wikipedia.org/wiki/Ayam_hutan
HUDA = Yang memberi petunjuk
GALLUS-HUDA = Ayam Jantan yang memberi petunjuk.
Nah, kata GALLUS-HUDA kemudian mengalami penyederhanaan lafal menjadi GAL-HUDA kemudian menjadi GAR-HUDA dan menjadi GARUDA.
Dalam sebuah Hadits Rasulullah saw disebutkan,
“Jika kalian mendengar kokok AYAM JANTAN, maka mintalah keutamaan dari Allah, karena AYAM JANTAN (ketika berkokok) ia melihat MALAIKAT”. (HR. Bukhari No. 3303)
“Jika kalian mendengar kokok AYAM JANTAN maka mintalah karunia Allah, sebab ia melihat MALAIKAT. Dan jika kalian mendengar ringkikan Keledai maka berlindunglah kepada Allah dari setan, sebab ia tengah melihat setan. (HR. Abu Daud No. 4438)
Dari kedua hadits tersebut, kita akhirnya paham bahwa AYAM JANTAN yang memiliki nama latin GALLUS GALLUS yang oleh leluhur kita disebut sebagai GALLUS-HUDA / GAL-HUDA / GAR-HUDA / GARUDA adalah binatang yang memberikan petunjuk (HUDA) kepada manusia akan datangnya makhluk cahaya yang bernama MALAIKAT yang turun setiap PAGI HARI untuk memberikan rejeki kepada semua makhluk di bumi.
Lalu dimanakah gerangan sosok GALLUS-HUDA / GAL-HUDA / GAR-HUDA / GARUDA yang menjadi inspirasi Lambang Negara Indonesia ini berada?
Pertanyaan ini telah dijawab oleh Nabi Sulaiman dalam QS. 27:20 bahwa sesungguhnya GALLUS-HUDA / GAL-HUDA / GAR-HUDA / GARUDA yg berwujud AYAM JANTAN RAKSASA merupakan bagian dari sesuatu yang GHAIB atau sengaja di-GHAIB-kan oleh Allah.
Dan Hipotesa Nabi Sulaiman ini ternyata dibenarkan oleh Nabi Muhammad saw ketika ISRA MI’RAJ.
Dalam Tafsir Ibnu Katsir disebutkan bahwa ketika Nabi Muhammad saw berjalan di langit dunia, beliau melihat seekor AYAM JANTAN RAKSASA. Apabila sebelah sayapnya lagi akan menutupi bumi bagian timur. akinya berada di atas bumi yang paling bawah sedangkan kepalanya di Arasy. Bulunya berwarna sangat putih. Di bawah bulu-bulu putihnya terdapat bulu-bulu halus berwarna hijau.
Rasulullah saw berkata,
“Saya belum pernah melihat warna yang seindah itu sebelumnya. Ia menebarkan dan mengepak-ngepakkan sayapnya sambil meneriakkan tasbih mensucikan Allah dengan ucapan berikut ini: “Maha Suci Allah Yang Maha Raja, Yang Maha Suci, Yang MahaBesar, Yang Maha Tinggi, Tidak ada Tuhan Kecuali Dia Yang Maha Hidup dan Berdiri Tegak.”
Bila ia meneriakkan tasbih tersebut, maka AYAM JANTAN yang ada di dunia pun sama-sama bertasbih dan mengepak-ngepakkan sayapnya serta mulai berkokok. Kalau AYAM di langit berhenti bertasbih, maka AYAM di dunia pun diam semua.”
Rasulullah saw kemudian bersabda,
“Sejak saya melihat AYAM JANTAN itu, saya menjadi rindu dan ingin melihatnya lagi.”
(Sumber: Kitab Durratun Nasihin)
Jadi AYAM JANTAN RAKSASA yang dilihat oleh Nabi Muhammad saw itulah yang oleh Nabi Sulaiman disebut sebagai HUDHUDA dan oleh leluhur kita disebut sebagai GALLUS-HUDA / GAL-HUDA / GAR-HUDA / GARUDA.
Mitos tentang GALLUS-HUDA / GAL-HUDA / GAR-HUDA / GARUDA rupanya memiliki kesamaan dengan mitos Burung PHOENIX sebagaimana diulas oleh Prof. Aryo Santos dalam bukunya “Atlantis, The Lost Continent Finally Found” yang disebut Santos sebagai sosok “CHERUB”.
CHERUB atau KARIBU adalah makhluk seperti MALAIKAT yang berkepala seperti ELANG dan memiliki sayap yang bertugas menjaga surga dan Pohon Kehidupan (Tree of Life).
CHERUB atau KARIBU rupanya berasal dari Mitos Hindu tentang GARUDA yang dikaitkan dengan GARUTMAT (Raja Burung) yang digambarkan dalam sosok setengah manusia setengah burung, wahana kendaraan Batara Wisnu. Kisah tentang GARUDA ditemukan di dalam Kitab Mahabharata, lebih tepatnya pada bagian pertama yaitu Adiparwa.
GALLUS-HUDA / GAL-HUDA / GAR-HUDA / GARUDA adalah burung mitologis yang memiliki banyak nama dan julukan di berbagai tempat.
Dalam bahasa Sansekerta, ia disebut sebagai GARUDA. Namun dalam bahasa Pali, ia disebut sebagai GARULA.
Di Jepang, ia disebut sebagai KARURA, yg digambarkan sebagai makhluk besar yg memiliki napas panas, bertubuh manusia dan berkepala seperti seekor elang.
Di Thailand, ia disebut sebagai KRUT atau KRUT PHA, yg berarti Kendaraan Wishnu.
Di Mongolia, ia disebut sebagai ULAN BATOR atau ULAANBAATAR yg berarti Pahlawan Merah.
Di India, ia disebut sebagai JATAYU yg digambarkan sebagai tokoh protagonis dalam wiracarita Ramayana berwujud seekor burung yg membunuh Rahwana.
Di Yunani, ia disebut sebagai PHOENIX yang berarti BURUNG API. Namun aslinya mitologi PHOENIX berasal dari Mesir yang berarti BURUNG MATAHARI yang disebut sebagai BENU. Makhluk ini dikenal melalui Buku “Book of The Dead” atau dari teks-teks Mesir kuno lainnya. Kata PHOENIX diambil dari bahasa Yunani yaitu PHOENICIA yang artinya berwarna merah atau ungu kemerahan.
Legenda yang tidak biasa dari PHOENIX adalah sebelum ia meninggal, ia membangun sarang dan meletakkan telurnya. Kemudian untuk menetaskan telurnya, PHOENIX membuat dirinya menjadi api dan terbakar (bersama dengan sarang) menjadi abu. Dari abu tersebut kemudian muncullah PHOENIX baru. Oleh karena itu, pada satu waktu tertentu, hanya ada satu burung PHOENIX.
Di Persia iadikenal sebagai Burung ROC atau RUKH yg digambarkan sebagai burung pemangsa yang sangat besar dan berwarna putih. Ia mampu membawa terbang seekor gajah dan paus dengan cakarnya. Burung ini terkenal dalam kisah Sinbad pada buku “Hikayat 1001 malam”. Burung ROC kemudian dipopulerkan di Barat oleh petualang Venesia, bernama Marco Polo.
Dia menulis tentang deskripsi Burung ROC:
“Keseluruhannya seperti elang, kecuali ukurannya yang sangat besar, begitu besarnya sehingga panjang dan tebal bulunya dua belas kali panjang dan tebal proporsional. Dan burung itu begitu kuat sehingga ia sanggup mencengkeram gajah dengan cakarnya dan membawanya tinggi ke udara dan menjatuhkannya sehingga gajah hancur berkeping-keping, begitulah cara burung itu membunuh gajah, kemudian dia kembali mengambil bangkai gajah itu dan memakannya di waktu luang.”
Sedangkan di Arab, ia disebut sebagai Burung ‘ANQA, burung raksasa yang tinggal di sebuah gunung yg tinggi yg bernama Gunung Falaj, yang apabila terbang, ia bisa menutupi awan layaknya awan, lehernya seperti leher unta, memiliki empat sayap, dua panjang dan dua lagi pendek, bulunya berwarna-warni dan memiliki kebiasaan suka mengangkat kuda, unta, gajah dan binatang yg lainnya dengan cakarnya dan membawanya ke sarangnya. Makhluk ini dikenal melalui Buku “Aja’ib al-Makhluqat” yang ditulis oleh Al-Qazvini pada awal abad 15.
Dalam Mitologi Hindu, ia disebut sebagai GARUDA YAKSA RETNA PEKSI JALA DARA yg bertugas menjaga jagad awang-awang (angkasa) yg kemudian menjadi kendaraan Batara Wishnu.
Dalam Mitologi Budha, ia disebut sebagai GARUDEYAMANTRA, yg digambarkan sebagai burung pemakan daging yg hebat dan memiliki kemampuan berorganisasi secara sosial.
Dalam Kitab Bible Umat Kristen, ia disebut dalam Nubuat Nabi Yesaya sebagai BURUNG BUAS DARI TIMUR yg akan menyelamatkan Kerajaan Allah yg akan datang bersama Bangsa Ajam (Non Arab).
Dalam Kitab Targum II Ester Umat Yahudi, ia disebut sebagai AYAM JANTAN (GALLUS GALLUS) yang digambarkan sebagai burung intelijen Raja Solomon.
Dan dalam Kitab Al-Quran Umat Islam, ia disebut sebagai HUDHUDA yang digambarkan sebagai burung intelijen Nabi Sulaiman.
Wallahu a’lam.
Mari kita berdiskusi sehat untuk kejayaan Nusantara.
Rahayu ^_^
***
* Garuda bukan Elang Jawa…
* MALAIKAT = DEWA = CAHAYA = PENERANG
* Di Candi SUKUH, arca sosok GARUDA memiliki JALU/TAJI di kakinya persis seperti AYAM JANTAN.