Nusantara adalah konsep kesatuan dalam hal wilayah, politik, sosial budaya, ekonomi, hukum, pertahanan dan keamanan, dan kebijakan nasional. Berasal dari bahasa Sansekerta, istilah Nusantara berasal dari kata nusa ‘pulau’ dan ANTARA ‘luar’, yang awalnya mengacu ke pulau-pulau di luar kerajaan Majapahit. Menurut Kitab Pararaton, istilah ini muncul dalam sumpah Amukti Palapa yang terkenal diambil oleh Patih Gajah Mada selama pengangkatannya sebagai Perdana Menteri Kerajaan Majapahit di 1336 AD. “Lamun huwus Kalah Nusantara iSun amukti palapa, cincin Kalah lamun Gurun, cincin Serang, Tanjung Pura, cincin Haru, cincin Pahang, Dompo, cincin Bali, Sunda, Palembang, Tumasik, samana iSun amukti palapa” (Ini adalah hanya ketika Nusantara jatuh , aku akan berbuka puasa saya. hanya ketika Gurun, Seran, Tanjung Pura, Haru, Pahang, Dompo, Bali, Sunda, Palembang, Tumasik jatuh, aku akan istirahat cepat saya), bersumpah Gajah Mada.
Sebagai istilah Nusantara sering digunakan dan konsep telah dikembangkan menjadi lebih dinamis dan selalu dikaitkan dengan situasi dan kondisi dari berbagai aspek dalam kehidupan rakyatnya, telah menjadi topik yang menarik untuk mengeksplorasi. Geopolitik, dalam konteks sinkronis saat ini, Nusantara mengacu ke daerah dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Pada tahun 1999, Presiden Abdurrahman ditunjuk 13 Desember sebagai Hari Nusantara, yang diikuti oleh penerbitan Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 126 Tahun 2001 tentang Hari Nusantara. Dinamika dalam penggunaan istilah Nusantara selalu menjadi topik menarik diskusi, khususnya terkait dengan peran orang-orang yang tinggal di wilayah dengan wilayah perairan yang lebih luas dari luas lahan dan bersatu di bawah satu sistem politik, sosial budaya, ekonomi, hukum , keamanan dan pertahanan, dan kebijakan nasional. Dalam hal wawasan, adalah menarik untuk mengamati apakah, sebagai warga masyarakat yang sebagian besar multikultural, orang Nusantara memiliki kearifan lokal yang khas yang dapat berkontribusi terhadap peradaban dunia global. Ada juga kecenderungan untuk mempelajari hubungan antara konsep Nusantara dengan kebijakan Pemerintah Indonesia yang saat ini fokus pada penegakan kedaulatan air nasional.
Multikulturalisme merupakan karakteristik khas dari Nusantara. Ini adalah sebuah fakta yang tak terbantahkan bahwa Indonesia adalah negara multietnis dan multikultural. Sebanyak 1.128 etnis yang berbeda dengan 742 bahasa daerah hidup dalam harmoni di negara ini. Di mana keanekaragaman berasal dari selalu menjadi topik yang menarik dari studi, dan banyak hipotesis yang berkaitan dengan materi yang telah dibuat. Misalnya, salah satu hipotesis mengusulkan bahwa nenek moyang bangsa Indonesia berasal dari negara yang berbeda dari suku-suku yang dikenal saat ini atau kelompok etnis di Indonesia, sedangkan hipotesis lain – yang sering dikutip dalam buku pelajaran sejarah nasional mengadopsi “Out of Taiwan” teori-percaya bahwa orang Indonesia berasal dari Yunnan, daerah yang terletak di bagian selatan Cina. Sementara itu, temuan terbaru, yang didukung oleh bukti-bukti genetik dan arkeologi serta hipotesis linguistik, dari penelitian baru-baru ini, seperti yang dilakukan oleh Profesor Stephen James Oppenheimer dari Universitas Oxford bekerjasama dengan tim peneliti multinasional, menunjukkan bahwa orang-orang yang tinggal di Asia Tenggara, termasuk warga Nusantara masa lalu, terus membuat kontribusi besar kepada peradaban dunia awal jauh sebelum tahun 4000 SM ( “Out of Sundaland”). Eksodus manusia dari kawasan Asia Tenggara, termasuk Nusantara, di masa lalu membawa peradaban mereka di seluruh dunia. Sejumlah besar diaspora rakyat Nusantara pergi ke tempat yang berbeda, membawa peradaban asli mereka dan membuat yang baru. Ini mengedepankan hipotesa bahwa Indonesia telah memainkan peran penting dalam membawa peradaban dunia di seluruh dunia.
Nusantara selalu terbuka untuk diskusi dan penelitian. Konferensi Internasional tentang Studi Nusantara (ICONS) diatur untuk melayani sebagai forum untuk publikasi ilmiah internasional tentang hasil penelitian atau gagasan tentang Nusantara dari berbagai bidang dan perspektif. Tema ICONS pertama ini “Reinventing Konsep Nusantara dalam Perannya dan Tempatnya.”

Pembantu Rektor I UI: Prof.Dr. Bambang Wibaarta dan Profesor Dr. Stephen James Oppenheimer (Oxford University London UK)

Dr. Ir. Dhani Irwanto (Penulis buku “Atlantis ion Java Sea”) dan Prof.Dr. Stephen James Oppenheimer (Penulis buku “Eden in The East”)

Dari Kiri ke Kanan: Muhammad Said, Ikhya Ullumudin, Daniel Desiborogh, Chaedar Shaleh

Dhani Irwanto, Ahmad Yanuana Samantho dan Stephen J. Oppenheimer
Ahmad Y. Samantho dan Bob Sulaeman Effendi

Ahmad Y. samantho dan Fahmi Zindane (Penerbit Ufuk) yang menerbitkan Buku-buku edisi Indonesia; “Atlantis Has Finally Found”, karya Asyio Nunes des Santos, buku “Eden in The East” karya Stephen James Oppenheimer, dan “Peradaban Atlantis Nusantara” karya Ahmad Yanuana Samantho.
itu acara meriah banget penyambutannya keren sumpah