Tinggalkan komentar

Kompleks Candi Cangkuang, Situs Pemakaman Muslim Kuno Yang Terlupakan

Berikut adalah urutan perkiraan tahun dari nama yang kami peroleh dari silsilah Eyang Mbah Dalem Arif Muhammad di atas;

  • Muhammad Rasulullah saw 570 M-632M
  • Ratu Fatimah (605M-632M)+Sayidina Ali kw (600M-661M)
  • Imam Husen (625 M-681 M) [1]
  • Seh Jenal Abidin (Imam Ali Zaenal Abidin 658 M- 713 M)
  • Seh Mashur (salah seorang putra dari imam Ali Zaenal Abidin, hidup satu masa dengan Imam Muhammad al Bagir-juga salah seorang putra Imam Ali Zaenal Abidin yang hidup pada tahun 676 M- 732 M)
  • Seh Masajid (satu masa dengan putra imam Muhammad al Bagir; Imam Ja’far as Shadiq yang hidup pada tahun 702 M-765M)
  • Sulthan Arif (satu masa dengan putra imam Ja’far as Shadiq; Imam Musa al Kadhim yang hidup pada tahun 750 M-805 M)
  • Sulthan seh Maulana Maghribi (satu masa dengan putra Imam Musa al Kadhim; Imam Ali ar Ridho yang hidup pada tahun 770 M-825 M)
  • Sulthan Arif Muhammad (satu masa dengan putra Imam Ali ar Ridho; Imam Muhammad al Jawad yang hidup pada tahun 817 M- 842 M)

Selain makam Arif Muhammad, di Kampung Pulo ini juga terdapat ratusan makam kuno lain yang tersebar di berbagai wilayah di Kampung Pulo ini. Dan seperti pada umumnya pemakaman pada masa itu, setiap makam memiliki bangunan makam atau cungkup makam yang berbentuk persis sama dengan yang kita kenal sebagai Candi sekarang. Bangunan makam atau cungkup makam ini pada umumnya terbuat dari bata atau batu andesit atau yang lebih dikenal dengan batu candi atau batu alam yang terdapat di sekitar lokasi makam.

Penduduk nusantara pada masa lalu adalah bangsa yang sangat menghargai leluhurnya. Meskipun nenek moyang nereka telah berpulang, mengunjungi makam atau berziarah ke makam leluhur adalah suatu ritual istimewa yang diselenggarakan dari mulai golongan para pemimpin hingga rakyat biasa, tradisi ini melambangkan tradisi ajaran Millah Ibrahim atau agama Brahmanik. Ketika mayoritas penduduk negeri ini telah memeluk Islam tradisi ini tetap berjalan karena tradisi ziarah tidak BERTENTANGAN dengan ajaran Islam. Pentingnya tradisi ziarah bagi bangsa Indonesia telah menjadikan pemakaman sebagai tempat ibadah untuk mendekatkan diri kepada sang pencipta dan dengan tradisi ziarah mengingatkan manusia akan kefanaan dirinya.

Pemakaman di nusantara memiliki lokasi dan bangunan khusus yang mendukung ritual berziarah tetap terlaksana, ketika Islam telah menyebar dikalangan penduduk nusantara bangunan makam menjadi satu bagian dengan bangunan Masjid. Salah satu bangunan khusus yang hingga kini masih terjaga adalah fakta bahwa hampir setiap makam kuno di nusantara memiliki bangunan makam atau cungkup makam atau bekas-bekas cungkup makam, seperti gambar makam Sunan Pangadeggan ini.

Situs Makam Sunan Pangadeggan (foto: Sofia, dari museum Cangkuang)

Situs makam Sunan Pangadeggan, berbentuk punden berundak, makam dengan bentuk punden berundak terdapat di beberapa lokasi di situs Cangkuang, makam dengan bentuk punden berundak sebenarnya banyak tersebar di berbagai wilayah di Indonesia hanya saja asumsi Hinduisme yang telah mengakar, seringkali situs pemakaman ini di jadikan situs Hindu atau Budha (foto koleksi pribadi diambil dari museum Cangkuang)

Cungkup makam umumnya terbuat dari batu alam, batu bata yang dikombinasi dengan kayu pada bagian atapnya.Dilihat dari bentuk bangunan, bangunan makam hampir tidak bisa dibedakan dengan bangunan candi, hanya satu hal yang membedakan yaitu keberadaan arca dan relief.

Catatan kaki:

[1] Imam Husein adalah cucunda Nabi Muhammad saw putra dari siti Fatimah az Zahra yang syahid dalam pertempuran tidak seimbang melawan tentara Yazid putra Muawiyyah di padang Karbala pada 681 M. peristiwa paling biadab dalam sejarah umat manusia ini berawal sejak syahidnya Imam Ali ketika menjabat sebagai khalifah ke-4, dan terpilihnya Imam Hasan bin Ali bin Abi Thalib oleh suara mayoritas muslim pada saat itu sebagai khalifah ke-5, Muawiyyah yang sejak awal menginginkan jabatan khalifah menolak pilihan rakyat ini dan memilih untuk memerangi Imam Hasan, demi perdamaian kaum muslim Imam Hasan pada saat itu mengalah dan mundur dari jabatannya dengan syarat yang disaksikan oleh kaum muslim saat itu bahwa setelah Muawiyyah wafat penggantinya adalah Imam Hussein, Muawiyyah menyetujui persyaratan ini pada awalnya hingga ia kemudian mengangkat dirinya menjadi raja dan menunjuk Yazid sebagai penggantinya. Demi menyelamatkan Islam dari pemimpin seperti Yazid, Imam Husein menolak untuk berbaiat, hingga terjadilah peristiwa pembantaian keluarga nabi di Karbala atas perintah Yazid bin Muawiyyah.

Singkat kisah, pasca syahidnya Imam Husein kaum musllim pun banyak yang tersadar hingga terjadi pemberontakan di berbagai wilayah kekuasaan Yazid, dari mulai peristiwa inilah semua pecinta keluarga nabi dikatakan Rafidhah atau pemberontak, banyak pula diantara keturunan nabi (dzuriyyah nabi) dan para pengikutnya yang akhirnya hijrah kenegara lain karena selalu diburu oleh para penguasa pada zamannya. Indonesia dan negeri-negeri di Asia adalah tempat hijrahnya kaum Muhajirin pasca peristiwa karbala ini. Pasca peristiwa Karbala ini (tahun 700-an Masehi) adalah gelombang hijrah muslimin terbesar dalam sejarah Islam, gelombang hijrah ini kemudian di susul gelombang-gelombang hijrah berikutnya yang berasal dari wilayah-wilayah para dinasti yang terus melakukan ekspansi dengan mengatas namakan Islam, dan besar kemungkinan Mbah Dalem Arief Muhammad ini adalah keturunan dari muhajirin gelombang pertama yang hijrah ke Nusantara.

[2] Ibunda Imam Ali ar Ridho berasal dari Maghrib, Maghrib adalah sebutan lain dari Maroko, orang yang bersal dari Maghrib disebut Maghribi, salah satu gelar yang di sandang oleh Imam Ali ar Ridho.

Situs pemakaman yang ada di situs percandian dan bukti pemakaman kuno yang hingga kini masih terpelihara, cukuplah kiranya sebagai bukti tentang keberadaan situs-situs candi di Nusantara yang dikatakan sebagai candi atau Vihara peninggalan agama Hindu atau Budha adalah pemakaman leluhur yang memiliki kepercayaan atau beragama tauhid, yang juga dikenal dengan ajaran nabi Ibrahim yang juga merupakan ajaran nabi-nabi sebelumnya.

Sampai pada masa Islam, tradisi membangun makam dengan arsitektur bangunan mengikuti budaya setempat tidak mengalami perubahan berarti. Hingga pada akhir abad ke-17, ditandai dengan kekuasaan Mataram baru yang berlandaskan Islam garis keras dan berafiliasi ke Turki Usmani, bangunan-bangunan makam banyak yang dihancurkan, diratakan dengan tanah dengan dalih tidak sesuai dengan sunnah Rasul. Penghancuran makam ini diperparah dengan pemalsuan-pemalsuan bangunan makam dengan dalih pemugaran. Faktanya, pemugaran yang dilakukan pemerintah kolonial telah menghilangkan jejak Islam di Nusantara.

Berikut ini, alur Waktu Candi Cangkuang sejak awal ditemukan hingga selesai dibangun yang membutuhkan waktu selama 2 tahun (1974-1976 M).

  • 1966: ditemukannya sebuah catatan perjalanan seorang Belanda bernama Vorderman. Ia melakukan perjalanan ke wilayah Cangkuang pada tahun 1893 dan melaporkannya dalam jurnalnya yang berjudul “Minutes Bataviaasch Genootschap”. Di dalamnya ia bercerita tentang adanya pemakaman kuno dan patung Siwa yang rusak.
  • 9 Desember 1966: Drs Uka Candrasasmita dan rekan yang melakukan penggalian arkeologis, tidak ada penemuan penting dari hasil penggalian ini, yang dapat ditemukan hanyalah batu-batu andesit yang berserakan di sekitar makam yang diperkirakan sebagai bekas-bekas reruntuhan candi [1], patung Siwa yang rusak dan lubang di bawah tanah berukuran 4,5×4,5 m yang diduga sebagai fondasi candi.
  • 1974-1976: Candi Cangkuang mulai dibangun dari awal karena tidak ada satupun bagian candi yang tersisa. Itulah sebabnya terdapat 2 kesalahan arkeologi dalam pembangunan Candi ini. Yang pertama, bangunan Candi Cangkuang hanya sebuah rekayasa yang bentuknya terinspirasi dari candi-candi di Jawa Tengah dan Jawa Timur. Fakta yang ada menunjukkan bahwa pembangunan candi ini justru merusak situs arkeologi yang sebenarnya, yaitu situs pemakaman muslim kuno yang dapat membuka tabir gelap sejarah Islam di Nusantara.

cangkuang-12

penyusunan sementara badan candi

penyusunan sementara badan candikeadaan badan candi setelah tersusun

keadaan badan candi setelah tersusun

bagian atap candi, batu baru digabung dengan batu lama dibuat candi

Bila dilihat dengan teliti, batu-batu andesit lama yang digunakan untuk bangunan candi ini lebih menyerupai sisa-sisa batu nisan yang diambil dari pemakaman kuno disekitar lokasi candi, sehingga makam-makam itu menjadi tanpa nama. Besar kemungkinan pada awalnya setiap makam di Kampung Pulo ini memiliki bangunan dan ada nama dan nisannya. Kasus yang sama terjadi pada pemakaman Baqi, yaitu pemakaman keluarga dan sahabat nabi yang berlokasi di belakang Masjid Nabi di Madinah. Makam-makam di sana dihancurkan kaum nawasib (pembenci keluarga Nabi) yang berkedok ajaran baru Wahabi.

kondisi bagian dalam Candi Cangkuang dan arca Siwa yang rusak (foto: Sofia)

Bila dilihat dari segala sisi, jelas Arca Siwa ini adalah salah satu arca cacat yang sengaja dibuat pada era kolonial dan dibuang karena gagal dalam pembuatannya. Perhatikan garis fondasi awal pada lantai candi di sekeliling arca yang dikatakan sebagai arca Siwa. Fondasi itu dibuat pada pemugaran tahun 1976 karena tidak ditemukan satu bagian pun bangunan candi.(LiputanIslam.com)

Replika Candi Cangkuang  (sebagai penghormatan terhadap Prabu Siliwangi, Raja Hindu & Islam dari Kerajaan Pakuan Pajajaran yang beribukota di Kota Bogor), di Pura Parahyangan Agung Jagatkarta di Kelurahan Taman Sari, Gunung Salak Kabupaten Bogor.

Pura Parahyangan Agung Jagatkarta di Kelurahan Taman Sari, Gunung Salak Kabupaten Bogor

Ahmad Yanuana Samantho (penulis Buku Garut Kota Illuminati), Bpk. Rudi Gunawan Sh,MH. (Bupati Garut), dan Helmy Yahya (Presenter Acara Quis di TV Nasional), dalam Acara Launching Buku Garut Kota Illuminati di Pendopo Kabupaten Garut. 2014.

———–

[1] Selain batu bata, batu andesit atau batu candi seringkali juga digunakan untuk membangun bangunan makam kuno, terutama sebelum dan pada masa awal Islam tersebar di Nusantara (sekitar abad ke-7 dan 8). Berdasarkan penelitian kami mengenai “candi sebagai bangunan makam”, bahan dasar bangunan makam yang ada di Indonesia tergantung pada jenis bebatuan dan tanah tempat lokasi bangunan makam berada. Pada umumnya bangunan makam ini terbuat dari batu bata dan batu andesit, dengan ciri bangunan yang serupa dengan candi, hanya saja tanpa arca, dan masih dikenali hingga saat ini sebagai bangunan makam. Salah satu contoh bangunan makam yang terkenal adalah pemakaman kuno di Sendang Dhuwur, yang merupakan makam dari Sunan Sendang Dhuwur, kompleks pemakaman kuno Sunan Giri, Sunan Gunung Jati, Sunan Prapen, dsb.

https://www.youtube.com/watch?v=i7E5EKE4KIU

https://www.youtube.com/watch?v=WMBL062joQg

https://www.youtube.com/watch?v=GOJEYNBOlNo

Iklan

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Gambar Twitter

You are commenting using your Twitter account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

Atlantis in the Java Sea

A scientific effort to match Plato’s narrative location for Atlantis

Sembrani

Membahas ISU-ISU Penting bagi Anak Bangsa, Berbagi Ide, dan Saling Cinta

Wirdanova

+62811-813-1917

aawanto

The greatest WordPress.com site in all the land!

Covert Geopolitics

Beyond the Smoke & Mirrors

Catatan Harta Amanah Soekarno

as good as possible for as many as possible

Modesty - Women Terrace

My Mind in Words and Pictures

Kanzunqalam's Blog

AKAL tanpa WAHYU, akan berbuah, IMAN tanpa ILMU

Cahayapelangi

Cakrawala, menapaki kehidupan nusantara & dunia

religiku

hacking the religion

SANGKAN PARANING DUMADI

Just another WordPress.com site

WordPress.com

WordPress.com is the best place for your personal blog or business site.

%d blogger menyukai ini: