2 Komentar

Kiamat 2012 dan Perubahan Iklim

Seorang Kuno di Copenhagen
Kiamat 2012 dan Perubahan Iklim

Oleh : Wardah T. Alkatiri *)

Seorang arif dari masa lampau diundang datang ke Konferensi Perubahan
Iklim yang diadakan PBB di Copenhagen, Denmark, tgl 7-18 Desember 2009. Ini
adalah acara besar yang menjadi tumpuan harapan banyak ilmuwan dan pemerhati lingkungan di seluruh dunia. Hasil konferensi akan menentukan nasib bumi dan kelanjutan keberadaan umat manusia yang hidup di sana, demikian pesan dikumandangkan penyelenggara acara dalam setahun terakhir.

Dan perhitungan mundur count down ke hari H acara pun dipasang di semua website organisasi lingkungan hidup sedunia untuk mengingatkan betapa pentinganya acara ini.

Si orang kuno kebingungan melihat begitu banyak orang penting di sana, ada 40
pemimpin dunia dan para menteri dari 180 negara duduk bersama-sama, orang-orang pandai dan intelek pun berkumpul mulai dari pemuda-pemudi terpelajar yang
berdiskusi berapi-api hingga para ilmuwan senior yang kadang kelihatan agak
manyun, semua tampak serius, sama2 berniat baik ingin menyelamatkan bumi dari bencana alam tak terbayangkan yang mereka sebut “perubahan iklim” itu.

Konferensi dibuka dengan menampilkan grafik yang menunjukkan tidak
adanya pengurangan emisi gas rumah kaca sejak konferensi pertama digelar tahun 1997 di Kyoto, Jepang, yang terjadi justru sebaliknya. Pendengar pun gelisah, mereka mulai kehilangan kepercayaan akan adanya usaha yang bisa dilakukan manusia untuk menghentikannya. Presentasi dilanjutkan dengan penampilan foto2 kerusakan alam yang semakin parah di mana2, penggundulan hutan, polusi air, tanah dan udara, gambar kota-kota besar dunia ketiga yang centang perenang, melelehnya kutub utara dan selatan, lalu yang paling mencekam adalah proyeksi angka kelahiran yang melompat tinggi mencapai 9 miliyar manusia akan hidup di bumi 40 tahun mendatang sedangkan ketersediaan sumber daya alam makin merosot : ikan akan habis dari laut di seluruh dunia mulai 10 tahun ke depan hingga habis total di tahun 2048, ancaman kelaparan karena akan sering terjadi banjir dan kekeringan yang membawa krisis pertanian sejak 2015, serta banyak lagi data maupun ramalan saintifik mengerikan yang membuat orang kuno ini melongo keheranan.

Konferensi akhirnya masuk pada tahap yang paling menegangkan: yaitu pembuatan kesepakatan global perubahan iklim. Semua negara diharapkan bisa sama-sama sepakat menurunkan tingkat emisi dan polusi dari negara masing-masing,

karena planet bumi ini cuma satu dan di sana kita semua saling terhubung
dan tersambung, tidak ada satupun negara yang bisa berdiri sendiri, ini ekologis
”, kata seorang ilmuwan dengan emosi, “kita bisa menunda, atau siapa tahu bisa menyetop bencana besar itu”, tambahnya. Seperti yang sudah-sudah, kali inipun pembicaraan berjalan alot, terjadi beberapa kali deadlock dan rapat  dihentikan sebentar. “Ini sudah kuduga”, kata seorang ilmuwan tua. “yaa”, yang lain serempak, “bukankah survey telah menunjukkan bahwa 9 dari 10 kita  berharap ada perbaikan apapun yang bisa dicapai dari acara ini”, kata mereka pesimis. Negara superpower Amerika yang menjadi penyumbang gas rumah kaca dan polutan terbesar di dunia dan mengkonsumsi sepertiga sumberdaya alam di seluruh bumi hanya untuk negara itu sendiri yang berpenduduk hanya 5% populasi dunia tampaknya bersitegang lagi ketika pembicaraan masuk pada tahap  global perubahan iklim. Cina dan India sebagai pencemar bumi  nomer 2 dan 3 setelah Amerika, dua negara yang kini sedang mengalami  besar2an dan karena itu ditekan habis-habisan oleh negara2 barat
untuk mengerem laju pertumbuhannya, berdua mereka sepakat mengancam tidak
akan setuju menandatangani kesepakatan itu sebelum negara-negara maju terlebih dulu tandatangan,
“kalian sudah lebih dulu kaya, sekarang giliran kami”, kata mereka berdua. Forum menjadi riuh. Terdengar oleh si orang kuno kasak-kusuk pemuda-pemudi  yang seringkali berbicara kelewat keras, ceplosan gunjingan tidak  tentang rencana kotor negara-negara kaya untuk melenyapkan 2.5 milyar  kulit berwarna dengan jalan membuat penyakit menular yang ampuh
mematikan tetapi selektif hanya pada ras-ras tertentu saja di negara miskin yang  merepotkan dan gemar beranak banyak itu.

Si orang kuno menengok ke kanan-kiri, pelan-pelan dia mengamati raut wajah
semua yang hadir di sana, jiwanya yang halus bisa menangkap getaran
kegersangan, kehausan dan kegetiran dari jiwa orang2 di sekelilingnya. Matanya
yang
lataif bisa menerawang jauh ke dalam sukma manusia-manusia modern itu,
dan
“ahh, ini dia”, katanya, tampak olehnya di kepala orang-orang itu gambar alam yang tidak punya tali penghubung vertikal dengan Ruh Alam Semesta, alam hanya benda mati saja, yang tersusun hanya dari materi dan energi, titik, habis perkara!. Diapun lalu terkekeh pelan, “kasihan orang-orang ini” ujarnya, “terlalu  besar harapan yang mereka gantungkan pada perhelatan akbar ini. Bagaimana mungkin mereka bisa selesaikan masalah yang sebetulnya mereka bikin sendiri itu? Sama mustahilnya seperti mengharap ayam jantan bertelur. Mereka telah membakar tangannya dengan api yang mereka nyalakan sendiri”, katanya. Rupanya orang kuno ini lebih cerdik dari semua yang hadir di sana. Albert Einstein yang super jenius pun pernah mengatakan hal yang sama. Dia bilang, kita tidak akan bisa menyelesaikan
masalah dengan menggunakan cara berfikir yang persis sama dengan cara berfikir
yang kita pakai waktu kita membuat masalah itu. Krisis lingkungan lahir dari
modernisasi, jadi bagaimana mungkin kita bisa selesaikannya memakai cara berfikir modern melulu? Kita perlu ganti kepala dan ganti mata untuk coba melihat dan  dengan worldview yang berbeda. Sesungguhnya, krisis lingkungan lahir dari krisis spiritualitas manusia-manusia modern.

Climate change

Climate Change atau Perubahan Iklim timbul sebagai akibat dari bumi yang
makin panas atau dikenal dengan
global warming. Para ahli meyakini perubahan iklim sudah mulai terjadi dengan berbagai variasi dampak yang ditimbulkannya di seluruh penjuru dunia. Tidak ada satupun negara yang bisa terbebas darinya, perubahan iklim adalah bencana global. Sejak 1997 banyak konverensi diadakan oleh berbagai lembaga yang didirikan dan bekerja keras mencari jalan untuk meredakan, atau bahkan menyiapkan umat manusia untuk menerima dan  dengannya. Climate change dan Peak Oil atau habisnya minyak bumi kini menjadi issue paling top dan paling hangat yang bahkan bisa membuat issue-issue  lain menjadi tidak berarti. Semua orang membicarakannya, ilmuwan dari berbagai disiplin ilmu ikut terlibat, dari ilmu alam hingga psikologi dari kalangan bisnis hingga asuransi. Empat bulan sebelum acara di Copenhagen, pada 31 Agustus , acara serupa diadakan di Geneve, Swiss, khusus untuk dunia ketiga Third  Climate Conference. 1000 orang pengambil keputusan dan ilmuwan, termasuk  puluhan petinggi dari 150 negara menghadirinya. Pertemuan seminggu penuh itu  oleh World Meteorological Organization dengan tujuan membantu -bangsa dunia ketiga menghadapi perubahan iklim melalui pembuatan
mekanisme yang efektif untuk pengumpulan dan penyebaran berita iklim antar
negara. Banjir dan kekeringan diperkirakan akan menjadi dampak paling dominan di  negara dunia ketiga, sedangkan makin dingin adalah dampak yang paling
mengerikan bagi negara2 kaya di utara ketika suplai minyak pun makin menipis,
sedangkan Australia akan mengalami kekeringan dan kebakaran hutan. Karena itu
negara tropis harus menyiapkan sistem pengairan yang baik dengan menampung
hujan untuk masa kekeringan, demikian juga antisipasi saluran air di perkotaan.

Konferensi di Copenhagen ini diharapkan bisa menelurkan kesepakatan
global yang akan menggantikan Kyoto Protocol yang tidak pernah berjalan baik dimana Amerika Serikat terus menolak untuk menandatanganinya. Meski IPCC (International Panel on Climate Change) lembaga yang dibentuk PBB untuk memantau perubahan iklim menetapkan target penurunan emisi dari negara-negara maju hingga 25-40% sebelum tahun 2020, hingga kini banyak negara kaya termasuk Amerika Serikat belum mau menyepakatinya. Beberapa negara Afrika dan Asia walk out dari negosiasi multinasional di Barcelona bulan lalu, mereka merasa terlalu banyak tuntutan kepada mereka padahal negara kaya tidak mau berkorban banyak.

Protocol Kyoto tidak membawa manfaat apa-apa pada negara mereka.

Zaman Kaliyuga dan Kiamat 2012

Film Kiamat 2012 yang laris manis di Indonesia mungkin menyisakan perenungan bagi sebagian mereka yang bisa mengambil hikmah dari tontonan itu,
bahwa manusia adalah lemah di hadapan kekuasaan yang Maha Kuasa, dan bahwa  ilmu pengetahuan lain di luar yang diberikan sekolah dan perguruan tinggi yang  tentang hal-hal yang tidak kasat mata. Terlepas dari perdebatan tentang
film tersebut dari sudut pandang agama penulis bermaksud mengajak pembaca
merenungkan film itu dalam kaitannya dengan
Climate Change yang tidak lain
adalah bentuk bencana alam yang perlu kita ketahui untuk dapat beradaptasi
dengannya.

Kebanyakan umat Hindu meyakini sekarang adalah masa Kali Yuga
atau zaman ”kegelapan” sebagaimana juga umat Islam melihat banyak tanda2 akhir zaman yang diramalkan dalam hadits2 Rashulullah telah menjadi kenyataan.

Agama Hindu mempunyai teori siklus kosmik yang terperinci membagi waktu dalam Yuga di mana 4 Yuga sama dengan 1 Mahayuga, 71 Mahayuga sama dengan 1 Manvantara, 14 Manvantara sama dengan 1 Kalpa, dan 360 x 2 Kalpa sama dengan 1 Para atau 1 tahun Brahma. Di dalam setiap ”eon” atau Mahayuga – seperti di mana kita berada sekarang – selalu terdapat 4 jenjang zaman yang merupakan siklus dari Yuga, yaitu Krita-Yuga, Treta-Yuga, Dwapara-Yuga dan Kali-Yuga atau zaman kegelapan. Dalam kitab Visnu-Purana yang merupakan kumpulan cerita-cerita kuno yang menyangkut penciptaan dunia dan silsilah para raja yang memerintah di dunia, dituturkan:

Pada masa Kali Yuga, dari hari ke hari kesalehan akan merosot, kecukupan  ketersediaan kebutuhan manusia terus berkurang hingga dunia benar2 dalam  kerusakan. Di zaman itu harta yang akan menentukan derajat seseorang, gairah dan nafsu menjadi satu2nya alasan yang menyatukan pria dan wanita, kebohongan menjadi alat mencari nafkah, wanita menjadi obyek kesenangan sensual semata, bumi dinilai hanya dari tambang dan sumberdaya alam yang ada di dalamnya saja, kepandaian menipu menjadi kunci kesuksesan, melakukan sedikit saja kebaikan sudah dianggap cukup untuk penyucian diri.

Tidak ada lagi kepatuhan pada kasta, hukum, dan lembaga adat. Upacara dan  yang diresepkan dalam Veda diabaikan. Wanita menuruti hanya kehendak dirinya sendiri dan tergila-gila pada kesenangan duniawi. Pria dari semua lapisan masyarakat menganggap dirinya Brahmin (ahli agama). Kaum petani  tanah pertanian dan kaum pedagang meninggalkan perdagangannya  untuk bekerja mengoperasikan alat-alat. Jalan Veda telah ditinggalkan, manusia semakin jauh dari tradisi agamanya. Ketidak-adilan akan meraja lela dan akibatnya umur manusia akan semakin pendek. Pada akhirnya manusia akan berhenti menyembah Tuhan dan mengatakan “mengapa wahyu dan Nabi harus mempunyai otoritas lebih dari akal kita?” “siapakah Tuhan itu?”

untuk apa kita harus melakukan ritual ini dan itu?”…..

Di zaman Kali Yuga kasta yang paling dominan adalah shudra. Orang yang
kurang terpelajar akan mengajari kebenaran, kebajikan akan meredup dan
berhenti berkembang, orang-orang berilmu kelihatan lucu dan aneh. Orang tua tidak peka terhadap yang muda, anak muda melawan yang tua. Pada zaman Kali Yuga, para guru akan dilawan oleh muridnya. Mereka perlahan-lahan kehilangan rasa hormat. Pelajarannya akan dicela dan Kama (nafsu) akan mengontrol semua keinginan manusia.

Umat manusia akan kehilangan akal sehatnya, melemah raganya, mentalnya dan rohaninya, akibatnya mereka akan senantiasa melakukan perbuatan dosa: semua yang keji, kotor dan terencana untuk menghancurkan umat manusia akan terjadi di zaman ini.

Ketika pohon-pohon berhenti berbunga, dan pohon-pohon buah berhenti
berbuah, maka pada saat itulah masa-masa menjelang akhirnya zaman Kali Yuga. Hujan akan turun bukan pada musimnya ketika akhir zaman Kali Yuga sudah mendekat”
.

Jika dibaca dalam konteks universal pertanda zaman kali yuga yang dalam kitab Visnu Purana ditulis memakai bahasa Hinduisme, hampir semua tanda2 tersebut telah bisa dirasakan kehadirannya sekarang, terlebih dengan krisis global yang kini melanda semua aspek kehidupan dan global warming yang mulai dirasakan dampaknya pada perubahan iklim di seluruh bagian di bumi. Di sini, kita orang Timur perlu mengenal perbedaan perspektif tentang waktu antara Barat dan Timur.

Barat melihat waktu sebagai garis lurus sedang Timur melihatnya sebagai siklus. Dalam garis lurus tidak ada kesempatan ke-dua, semua harus dilakukan sebelum waktu habis, sedang dalam perspektif siklus di Timur seperti teori siklus kosmik Hindu dan doktrin Imam Mahdi di Islam umat manusia senantiasa punya
kesempatan menemukan kembali ‘
self renewing system‘ yaitu sistem yang akan
menghidupkan kembali dan berjalan lagi meski kita sendiri sudah tidak berada di
alam fana ini, sebagaimana yang dicontohkan Nabi Nuh a.s. yang membawa setiap pasang hewan dan setiap jenis tumbuhan dalam perahunya sebelum banjir besar itu datang agar kelak ketika surut makhluk itu bisa kembali hidup dan berkembang biak.

Simbolisasi kisah Nabi Nuh menjadi ajaran agama yang paling relevan dalam melihat persoalan perubahan iklim, bahkan beberapa bulan lalu Green Peace membangun simbol kapal Nabi Nuh di gunung Ararat, Turki, yang diyakini sebagai tempat bahtera Nabi Nuh mendarat. Gerakan yang dinamai Operation Noah dijalankan oleh kelompok religius Kristiani di Inggris dan Amerika mengajak manusia menghadapi perubahan iklim dengan keimanan. Namun, sebagaimana juga Nabi Nuh, pekerjaan itu tidaklah mudah. Banyak dari kaum Nuh yang tidak mau mendengarkan bahkan istri dan anaknya sendiripun tidak mengikutinya yang kemudian terbawa arus banjir besar itu.

Terlepas dari perdebatan tentang film Kiamat 2012 dari sudut pandang agama penulis bermaksud mengajak pembaca merenungkan film itu dalam kaitannya dengan Climate Change atau perubahan iklim yang tidak lain adalah bentuk bencana alam. Besar kecilnya dampak yang ditimbulkan di tiap2 tempat berbeda-beda, tetapi tidak ada satupun negara yang terbebas dari bencana ini, bahkan negara super kaya sekalipun bisa jadi jauh lebih rentan terhadap dampaknya dibanding negara miskin jika ada ketergantungan yang tinggi pada negara itu terhadap negara lain untuk suplai makanan, energi, dsb Dengan demkian dapat dikatakan semakin self sufficient atau mandiri suatu tempat, semakin tinggi ketahanan tempat itu terhadap perubahan iklim.

Alam adalah tadjalli (manifestasi) Tuhan

Dalam semua masyarakat tradisional di manapun juga manusia dipandang
sebagai
pontiff atau jembatan antara Langit dan Bumi yang berperan menjadi
pemelihara dan penjaga alam. Konsep ini jelas berseberangan dengan konsep
manusia modern, yang memberontak pada kehendak Ilahi kemudian mengganti
perannya justru menjadi perusak alam. Manusia yang semula makhluk yang
diturunkan dari
atas atau Surga untuk hidup harmonis dengan alam dan semua
ciptaanNya, kini melalui teori evolusi menjadi makhluk yang muncul dari
bawah
kemudian menjadi predator paling mematikan bagi semua makhluk yang lain. Di
sinilah keterkaitan kerusakan lingkungan dengan krisis spiritualitas yang melanda
umat manusia modern jelas terlihat. Melihat manusia sebagai
pontiff adalah sebuah cara pandang komprehensif atau weltanschauung yang menganggap manusia sebagai “wajah Tuhan”. Dalam Islam ini dinyatakan jelas di dalam hadits qudsi khalaqa’Llahu Adama ala suratihi yang berarti Tuhan menciptakan manusia sesuai bentukNya. Namun, hadits ini hendaknya tidak dipahami secara antropomorfis. Islam memandang manusia sebagai khalifah di bumi yang bertugas mengurus bumi, tetapi kekhalifahan itupun dikomplementasi dengan kehambaan manusia sebagai abdi atau pelayan Tuhan (al-ubudiyah). Dalam Islam tradisional alam dipandang sebagai tanda-tanda Tuhan (ayat) yang memantulkan sifat-sifatNya. Banyak ayat di Quran yang menyebut ‘alam terlihat’ atau ‘termanifestasikan’ (alam syahadah) dan “alam tak terlihat” (alam ghaib). Alam syahadah bukanlah sebuah realitas yang berdiri sendiri secara independent melainkan manifestasi dari alam yang jauh lebih besar.

Alam syahadah bagaikan apa-apa yang terlihat di sekita api unggun yang menyala di tengah padang pasir sangat luas di malam gelap, semua yang tampak itu pelan2 melenyap ke dalam gelap yang luas di sekitarnya. Apa-apa yang tampak hanyalah bagaikan debu di tengah lautan luas yang tak tampak yang menjadi ‘lingkungan’ yang sesungguhnya bagi yang tampak itu. Demikianlah hubungan halus dan rumit antara “alam tampak” (syahadah) dan “alam tak tampak” (ghaib). Quran menyebutkan di surat IV.126 bahwa Allah bersifat al-Muhit yaitu yang Maha Melingkupi, dalam bahasa Arab al-muhit juga bisa berarti ‘lingkungan’. Krisis lingkungan terjadi karena manusia tidak lagi melihat Tuhan yang Maha Melingkupi sebagai “lingkungan ilahiyah” yang menopang alam semesta dan tidak lagi mengenali kesakralan alam sebagai karya agung dari yang Maha Berkarya.

Pertambahan penduduk yang melonjak tajam akibat perbaikan sanitasi, ilmu
kesehatan dan teknologi medis telah menciptakan obat-obatan yang menakjubkansekaligus mengerikan dengan mengganggu keseimbangan alam karena kelebihan penduduk berarti melanggar kemampuan daya dukung alam untuk menghidupi manusia. Ledakan jumlah penduduk justru terjadi di negara-negara yang selama ribuan tahun memiliki angka kematian bayi yang tinggi. Ini persoalan etika dan spiritual yang sangat pelik. Hanya ketika para pemuka agama bisa memahami kepelikan kaitan ilmu ekologi, spiritual dan etika, kita akan berhenti memperdebatkan hukum halal dan haram dalam pembatasan kelahiran.

Keindahan di balik Climate Change

Si orang kuno peserta dari masa lampau itu bergegas meninggalkan konferensi yang makin ricuh. Para undangan kelihatan makin kecewa sampai-sampai
pemimpin sidang pun harus mengumumkan bahwa konferensi memang bertujuan
membuat kesepakatan pada tingkat garis besar saja, detailnya akan dikerjakan
panitia-panitia kecil yang akan dibentuk lagi setelah sidang selesai.
“Kita butuh
pemimpin, bukan politisi”
, kata direktur eksekutif Greenpeace yang berasal dari
Afrika Selatan itu,
“kalau politisi tidak mau mengganti politiknya, maka kita yang harus mengganti politisinya”, serunya. Si orang kuno bergumam lirih dalam hati, tidak mungkin, tidak mungkin, mereka tidak akan bisa menyelamatkan alam sebelum mereka menemukan kembali tali penghubung vertikal antara alam dengan Ruh alam semesta” gumamnya. Sekali lagi dia mencuri pandang melihat wajah2 orang di sekitarnya, tidak tampak olehnya tanda-tanda perenungan di sana, mereka mahluk duniawi semata yang memutlakkan dunia dan memuja egonya. Seorang bijak seperti dia bagaimanapun juga senantiasa melihat Tuhan ada di mana-mana, termasuk di tengah kekalutan itu. Dia tetap bisa melihat ketika gelap, tetap mendengar ketika sunyi, dalam kegelapan dia sendiri yang melihat cahaya, dalam kesunyian dia sendiri yang bisa mengenali harmoni. “Bencana ini akan membuat manusia-manusia ini menjadi lebih baik”, katanya sambil tersenyum arif. “mereka akan terpaksa bersama-sama menjadi miskin di hadapan yang maha Kaya, mereka
akan terpaksa kembali mengenal dan berkumpul dengan keluarga, teman dan kerabatnya, mereka akan terpaksa mencangkul untuk menanam makanannya dan kembali mengenal alam yang selama ini menjadi sumber rejekinya, mereka akan terpaksa hidup seadanya, berjalan dan mengayuh sepeda ke mana-mana dan mencari kesenangan-kesenangan sederhana. Kemiskinan dan penderitaan itu akan meletakkan laki-laki dan perempuan ini di hadapan misteri, dan akhirnya mereka terpaksa kembali mengenal Ruh alam semesta yang memberikan rejekinya”
, ujarnya.

*)  Wardah T. Alkatiri

Penulis sedang melakukan penelitian Doktoral Social Science bertema Adaptasi Climate Change di Indonesia, di Lincoln University, New Zealand. Penulis mendapat Master di bidang Islamic Philosophy dari Islamic College for Advanced Studies (ICAS) Jakarta.

2 comments on “Kiamat 2012 dan Perubahan Iklim

  1. Mengapa manusia sebagai makhluk paling berakal budi tidak bisa menyadari akan lingkungan hidupnya bahwa apapun kalau dipakai/dikonsumsi seenaknya saja akan habis & berdampak kemana’mana.Saya sendiri selalu ingat hukum ekonomi yg diajarkan sewaktu SMA,menggunakan sesuatu semaksimal mungkin dengan pengorbanan sekecil2-nya & memanfaatkan kegunaan sesuatu barang apakah utk sekarang atau masa mendatang. Orang akan mencemohkan saya bahwa saya cebok dengan gelas Aqua daripada gayung biasa sebab saya perhatikan akan terbuang sebagian.,saya gunakan air kotor utk menyiram lubang WC,saya memakai kertas bekas utk mencatat sesuatu yg mungkin akan disalin atau tidak dipakai kemudian..Satu kota kuno bangsa Maya di Meksiko hilang begitu saja karena penduduknya menebang habis pohon2 sumber makanan mereka sehingga mereka kelaparan atau pindah ?.Rupa2nya manusia sering tidak memikirkan kesinambungan siklus hidup utk generasi selanjutnya(termasuk mahluk hidupnya).KITA semua bertanggung jawab,alangkah baiknya pemimpin bangsa memberikan contoh /teladan. Kita harus bercermin kepada negeri tetangga akan kebersihan dllnya.Masakan selama 64 th merdeka ,hanya kemajuan materialisme yg selalu menjadi prioritas sedangkan hal2 lainnya bahkan menurun.TOKOH AGAMA juga berperan penting ,jangan hanya segi ritual saja tapi nilai2 kemanusiaan saja. Pertanggung jawaban kepada Tuhan mencakup semua hal.MasaLAH LINGKUNGAN sudah merupakan lampu merah ,oleh karena itu tindakan2 harus ditingkatkan.MEMENTO MORI

Tinggalkan Balasan ke a;a;sumana Batalkan balasan

Atlantis in the Java Sea

A scientific effort to match Plato’s narrative location for Atlantis

Sembrani

Membahas ISU-ISU Penting bagi Anak Bangsa, Berbagi Ide, dan Saling Cinta

Wirdahanum

رَبَّنَا آتِنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً وَهَيِّئْ لَنَا مِنْ أَمْرِنَا رَشَدًا

aawanto

The greatest WordPress.com site in all the land!

Covert Geopolitics

Beyond the Smoke & Mirrors

Catatan Harta Amanah Soekarno

as good as possible for as many as possible

Modesty - Women Terrace

My Mind in Words and Pictures

Kanzunqalam's Blog

AKAL tanpa WAHYU, akan berbuah, IMAN tanpa ILMU

Cahayapelangi

Cakrawala, menapaki kehidupan nusantara & dunia

religiku

hacking the religion

SANGKAN PARANING DUMADI

Just another WordPress.com site

WordPress.com

WordPress.com is the best place for your personal blog or business site.